Lihat ke Halaman Asli

Kenyataan

Diperbarui: 7 Maret 2019   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Ade Surya Tawalapi

Lirik-lirik itu terbelah-belah
Sebelum sampai ke ujung langit
Menjatuhkan asaku pada
Ngilu yang paling palung

Sebongkah timah menyumbat
kerongkonganku sesaat sebelum
ia menderu lalu turun secepat kilat, ke bawah pusar
Memelintir dan sisakan
Nyeri bagai hati diiris sembilu

Kata-kata bagaikan asap
Yang meliuk ke angkasa
Lalu menipis dan menghilang.
Sementara aku adalah bocah
Kecil yang menengadah meminta
Takdir disusun ulang.

Pekanbaru, 16 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline