Lihat ke Halaman Asli

Jumpa

Diperbarui: 9 Februari 2019   11:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Karya: Sanny Marlem

Suara mobil kekasihku semakin menjauh dari rumahku. Aku melepas sepatu putih milikku dan menyimpannya di rak sepatu. Tubuhku terasa penat setelah seharian berjalan jalan disalah satu pusat perbelanjaan. Dengan lemas aku menaiki tangga yang menuju kamarku. Aku masih teringat pertemuan kami setelah 10 tahun lamanya.

Aku merogoh tas berwarna pastel yang ada di sampingku  dan mencari telepon seluler milikku. Aku melihat isi galeri yang dulu pernah penuh dengan fotoku dan fotonya. Foto yang menyimpan kenangan indah bersamanya. Terkadang aku rindu dengan senyumnya yang menawan, dan wajahnya yang lugu.

Aku berjalan gontai menuju lemari kamarku, gaun pemberian mantan kekasihku masih utuh pada tempatnya. Gaun yang mengingatkanku betapa aku sangat kecewa karena ia meninggalkanku tanpa sepatah katapun. Lalu tadi aku tidak sengaja bertemu dengannya, dan ia hanya memperhatikanku, tidak menyapa, ataupun meminta maaf kepadaku.

Ingatanku kembali kepada 10 tahun lalu, dimana Timo memberikanku gaun itu, lalu meninggalkan aku di tengah lantai dansa pesta kelulusan masa putih abu abu. Aku berdansa bersamanya, dan itulah saat terakhir aku melihat wajahnya sebelum ia meninggalkanku tanpa alasan, lalu muncul lagi seolah tidak ada beban.

Tak lama kekasihku, Kenny menelponku, ia menanyakan keadaanku dan memberitahuku bahwa ia sudah sampai di rumah dan memintaku untuk segera beristirahat. Aku pun mengikutinya dan tak butuh waktu lama, aku sudah masuk ke alam mimpiku.

Paginya aku terbangun karena seseorang mengetuk pintu kamarku. Kulihat jam dinding yang sudah mengarah pada angka 8.

"Nona, ada surat untuk nona,"

"Surat dari siapa bi?" tanyaku setelah membuka pintu kamar.

"Kurang tau non, disini sih ga ada alamat pengirimnya. Saya lanjut menyiapkan sarapan dulu nona," kata asisten rumah tanggaku lalu memberikan surat itu kepadaku.

Dengan bingung aku membuka dan membaca surat itu. Betapa terkejutnya ketika aku melihat nama pengirimnya. Surat itu memintaku untuk menemui mantan kekasihku Timo, ia meminta untuk menemuinya di tempat kali pertama kami bertemu. Jelas aku bingung karena secara tiba tiba Timo ingin menemuiku dengan menggunakan gaun pemberiannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline