Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Penulis Berbalas

TERVERIFIKASI

Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Secangkir Kopi

Diperbarui: 1 Maret 2022   05:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi oleh Engin_Akyurt dari pixabay

Ditulis oleh Wardah Sawitri Polem

Pagi ini, ibu menyeduh dua cangkir kopi
Secangkir kopi untuknya dan secangkir kopi spesial dengan sedikit gula, kesukaan ayah
aat senja tiba, kopi spesial itu selalu berakhir menyatu dengan tanah ditaman kecil belakang rumah kami,
Kopi basi yang malang, selalu berakhir sama, dua tahun sudah

Aku terus bertanya, apakah cinta memang sepelik ini? 

Tapi kawan, setiap ibu menyeduh kopi spesial kesukaan ayah, hadir senyuman hangat dari bibirnya,
Wajahnya begitu ceria,
Layaknya ia sedang menikmati kopi sambil bercanda ria dengan ayah

Aku kembali bertanya, apakah cinta memang seindah ini?

Raga ayah memang sudah tak disini,
Tapi jiwa ayah selalu hidup
dalam setiap cerita yang dikatakan ibu
dalam setiap kegiatan yang dilakukan ibu
dan dalam hati kami dan ibu

Jiwa ayah, akan selalu hidup

Tanya ku terjawab, dulu ku kira cinta berarti tak pernah pergi meninggalkan,
tapi kini aku tau, cinta artinya tak pernah berpisah walau maut telah memisahkan.

***
Profil Wardah Sawitri Polem

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline