Lihat ke Halaman Asli

Komunitas Penulis Berbalas

TERVERIFIKASI

Berbalas puisi, cerpen, dan kanal lainnya

Dara Elok

Diperbarui: 23 Februari 2022   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Tun Kit Jr. dari Pexels

Ditulis oleh Aurora Nur Afrida

Tak cukup kataku dalam mengagumimu
Karya indah sang pencipta elok memanjakan netra
Jauh, namun melekat dalam sukmaku
Bayangmu mengganggu, hati juga pikiran

Wahai dara, senyum mu terlalu indah untuk ku ingat
Mata mu terlalu jernih untuk ku pandang
Rambutmu terlalu halus untuk ku usap
Kata mu terlalu manis untuk ku dengar

Wahai dara, jika hari esok tidak ada
Maka akan kuhabiskan hariku untukmu
Mengagumi maha karya sang pencipta
Dalam rupa sempurna yaitu kamu

Ah, penasaran aku dibuatmu
Indah pula hatimu ataukah batu?
Dilema melanda, wahai dara pujaanku
Beri aku kejelasan atas hatimu

Tepat! Indah pula hatimu
Lalu, apa kabar dengan cinta?
Hadirkah ia dalam hatimu?
Hadirkan ia untukku! Hadirkan!

Benak kenang ku telah terisi olehmu
Setiap memori, setiap cerita, setiap peristiwa
Telah kupatri namamu, wahai dara ku
Bukan, bukan di hati, namun di nadi, wahai dara

Agar tidak satu tempat dia menetap
Namun seluruh tubuhku mengenangmu
Dalam nama yang telah terpatri indah
Nama itu adalah namamu, wahai dara

Hujan ini mengingatkanku pada mu
Saat pertama kali aku melihatmu
Aku sadar, hujan tidak hanya menurunkan air
Namun juga kamu, sebagai wujud bidadari

Wahai dara, terlalu panjang jika kuceritakan
Setiap waktu, setiap memori yang tercipta
Pertemuan kita meninggalkan jejak
Bukan jejak kaki, namun jejak cinta
Iya, jejak itu jejak cinta kita

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline