Saat kita bangun dan berangkat beraktivitas pagi ini, ada ratusan orang di berbagai pelosok negeri yang juga memulai aktivitas mereka yang tampak sederhana. Menyampul buku, merapikan rak, menyapu lantai tempat anak-anak biasa duduk membaca. Kebanyakan dari mereka sama seperti kita, pegawai kantoran, pelajar, ibu rumah tangga, atau pekerja lepas. Namun mereka mengambil peran yang lebih dari yang biasa dilakukan orang pada umumnya. Mereka adalah pendiri dan pengelola taman-taman baca independen non-profit yang memberikan diri mereka untuk sekitarnya.
Sama seperti Komunitas 1001 buku, mereka menolak percaya bahwa minat baca anak Indonesia itu rendah. Satu-satunya hal yang mereka pegang teguh adalah bahwa akses terhadap bacaan berkualitas lah yang harus dibangun.
Mereka yakin bahwa kesediaan mereka menghadirkan rak-rak penuh buku di tengah kampung-kampung pra-sejahtera, tempat ibadah yang tadinya sepi, gang-gang sempit yang penuh anak putus sekolah, terminal yang sesak pencopet, di bawah jembatan hunian pengamen jalanan yang nyaris putus asa, di tengah area prostitusi, di daerah konflik di mana kebencian dan bidik laras senjata terdengar lebih nyaring dari gelak tawa.
Di sudut-sudut kota maupun di lembah-lembah, mereka yakin bahwa perpustakaan tak berbayar adalah jembatan bagi anak-anak untuk bermimpi lebih besar. Mereka percaya bahwa, barangkali, persoalan besar bangsa serupa korupsi dan kemiskinan, dapat diurai dari ruang-ruang baca yang mereka ciptakan.
Setiap hari, mereka membuka pintu taman baca dengan harapan, siapa tahu satu dua anak yang datang dan duduk membaca di sana, kelak akan menjadi penentu arah bangsa ini. Sementara yang lain, membangun mimpi dan negeri dengan cara mereka masing-masing. Menjadi guru, dokter, penegak hukum, penulis, penyeru kebijaksaan dari balik mimbar.
Telah 11 tahun Komunitas 1001 buku mendukung mereka mewujudkan mimpi anak- anak dengan mendistribusikan buku ke seluruh taman-taman baca non-profit di Indonesia. Kami percaya, bahwa meningkatkan minat baca anak dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain diperkenalkan pada buku, anak-anak perlu dibawa ke dalam petualangan kreativitas yang dapat menarik minat mereka untuk banyak mencari tahu dari berbagai bacaan, sebagai sumber ilmu. Sementara untuk para pengelola taman baca, kami percaya, bahwa mempertemukan mereka ke dalam satu tempat di satu waktu dapat membuat saling berbagi dan menguatkan untuk mengembangkan taman baca.
Oleh karena itu, untuk keenam kalinya, Komunitas 1001buku akan kembali mengadakan Workshop Taman Baca dan Olimpiade Taman Baca Anak (OTBA) sebagai wadah menggali potensial kreativitas anak melalui ajang kompetisi antar Taman Bacaan Anak. Acara ini akan digelar pada 21 - 23 Agustus 2015 di Jakarta. Kami percaya, bahwa semakin banyak kegiatan kreativitas anak-anak, akan semakin besar pula minat baca mereka untuk mengembangkan imajinasi yang mencerdaskan.
[caption id="attachment_376943" align="aligncenter" width="300" caption="Mendengarkan dongeng di panggung Olimpiade Taman Bacaan Anak 2013"][/caption]
Mari bergabung bersama kami dalam mewujudkan momen penuh makna tersebut.
CP: Rini 081311158136
Facebook: https://www.facebook.com/groups/1001buku/
Twitter: 1001buku
www.1001buku.or.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H