Lihat ke Halaman Asli

Satria Bergitar Lebih dari Ampuh Jokowi Effect

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1397124611884666905

Ketika itu desakan mencalonkan Jokowi terus muncul dan semakin gencar untuk segera di calonkan menjadi calon presiden 2014 dari PDIP, padahal Jokowi belum menjalankan separuh masa tugasnya di kursi DKI 1. Dulu pun Jokowi pernah berjanji dan masih teringat jelas dalam pikiran kita bahwa dalam kampanyenya akan berjanji memimpin Jakarta selama 5 tahun dan tidak akan menjadi kutu loncat. Namun desakan demi desakan dari berbagai pihak pun terus muncul yang pada akhirnya mebuat Megawati Soekarno putri yang merupakan pemegang kendali penuh di PDIP mendeklarasikan Jokowi sebagai calon presiden 2014, dengan harapan tentu melalai strategi ini mampu mendongkak suara PDIP lebih dari 30 % pada pemilu legislatif.

Seperti yang pernah dirilis oleh lembaga Cirus Surveyors mengatakan bahwa tanpa mencalonkan Jokowi menjadi calon presiden maka PDIP akan hanya mampu meraih suara 20 % saja, namun apabila PDIP berani mencalonkan Jokowi sebelum pemilu legislatif maka PDIP akan mampu meraup suara sampai dengan 33,5 %, dengan begini PDIP akan bisa mengusung calon presiden sendiri tanpa berkoalisi dengan partai politik lain. ( Hasil Surveinya : Disini )

Namun apa dikata pemilu legislatifpun telah usai digelar, semua hasil quick qount dari berbagai lembaga survei menyatakan PDIP menjadi sang jawara pada perhelatan demokrasi 2014 ini dengan raihan suara kuarang lebih 20 % yang kemudian disusul oleh Golkar diurutan kedua. Wacana pun akhirnya bergulir dan teringat akan hasil survei yang pernah dirilis sebelum pemilu legislatif. Idealnya dengan strategi pencalonan Jokowi capres PDIP mampu meraup suara 33,5 %, namun fakta berbicara lain, ternyata PDIP hanya mampu meraih suara kurang lebih 20 %, Ini artinya bahwa PDIP bukanlah partai pemenang mayoritas secara mutlak karena dapat dilihat bahwa sebaran perolehan suara dari semua partai peserta demokrasi hampir merata (rekap quick qount dari semua lembaga survei dapat dilihat di www.bijaks.net) dan mengharuskan PDIP berkoalisi dengan partai politik lain.

Yang mengundang pertanyaan bagi kita adalah bahwa apakah Jokowi betul-betul bereffect pada perolehan suara PDIP yang lebih kita kenal dengan Jokowi effect, Jika kita merujuk pada hasil survei yang dirilis oleh Cirus Surveors tersebut maka, ternyata Jokowi effect yang digemborkan itu hanyalah fiktif belaka karena tak didasari oleh fakta. Alhasil pencapresan Jokowi sepertinya perlu dikaji ulang oleh PDIP, atau jangan-jangan PDIP tengah "dikadalin" oleh lembaga survei dan Jokowi lovers untuk mengusung Jokowi. Entah lahh ? Mungkin ada fakta serta fenomena politik lain yang mampu menjelasakan ini.

Nahh.. Selain itu satu hal yang menakjubkan adalah perolehan suara PKB yang mampu finish diurutan ke 5 pada pemilu legislatif kali ini yang bersaing ketat dari Partai Demokrat, apabila merujuk pada pemilu yang lalu maka perolehan suara PKB ini sangat mengejutkan, artinya PKB mengalami peningkatan kepercayaan dari rakyat. Pengamat politik dari Universitas Paramadina Hendri satrio mengatakan strategi komunikasi yang diterapkan PKB sangat ampuh dan terbukti dari perolehan suaranya saat ini, dan katanya apabila ditelaah jauh maka PKB ini lah yang menjadi faktor penyebab penghambat Jokowi effect. (sumber berita : Disini ) So..!! apakah Jokowi effect kalah dengan Satria Bergitar Effect ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline