Sebut saja Saluna. Seorang gadis kecil dengan kedua matanya yang buta sejak lahir. Tak pernah setitik cahayapun yang ia nikmati. Namun Saluna tetap tersenyum dan berusaha membesarkan hatinya diantara kesempurnaan orang-orang disekitarnya.
Suatu hari dalam perjalanan kesekolah ia bertanya kepada Ibunya,
“Bu, tahu burung tidak. Kenapa ia bisa terbang, kenapa ia bisa terbang kemanapun yang ia mau?” tanya Saluna.
“Karena burung punya sayap, sayang.”
“Seandainya aku burung, aku pasti bisa pergi kemana-mana semauku.”
Sambil tangan bergandengan, Saluna bertanya lagi kepada Ibunya.
“Bu, tahu harimau tidak.”
“Memangnya kenapa, sayang.”
“Larinya kenapa begitu kencang, aku ingin seperti harimau yang mampu berlari berkilo-kilo meter jauhnya.”
“Oh, yah!”
“Ibu, Ibu .... seandainya aku jadi pramugari yang cantik bagaimana menurutmu?”
Sejenak Ibunya terdiam sambil menahan lelehan air mata dipipinya.
“Bagus itu, kalau Ibu naik pesawat kan bisa gratis.” jawab Ibunya sedikit bercanda.
“Tapi jika aku besar nanti seperti apa yah, apakah aku akan cantik, apakah aku akan menjadi kaya, apakah aku akan menjadi pintar, apakah aku akan mempunyai banyak penggemar ?”
“Saluna sayang, apa pun wujud yang ada dalam dirimu Ibu tetap menyayangimu. Karena kamu adalah satu-satunya harta yang paling berharga. Hari ini terlalu indah untuk dilupakan. Ibu ingin kamu menikmati hari-harimu dengan hati yang riang meski tanpa penglihatan yang kamu inginkan.”
Seketika Ibunya langsung memeluk Saluna erat-erat sambil menangis sejadi-jadinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H