Tanjung Luar, NTB. Ahad pagi, 23 Oktober 2022, ujung timur pulau Lombok hangat. Matahari pagi membulat penuh. Pendar oranye-nya menyirami sepanjang perjalanan KOLOM menuju area dermaga lama, Pantai Tanjung Luar.
Acara sinergi komunitas perupa dan KOLOM, 'Pelangi Warna dari Timur' (PWdT) akan segera mulai. Live Instagram dengan narasumber seorang Perupa dan Kaligrafer, Yunani Ahmad, juga akan dimulai tepat pukul delapan pagi.
Syukurlah, masih ada waktu menelusuri sebagian sisi kampung nelayan, tepatnya di sisi barat desa Tanjung Luar, Kabupaten Lombok Timur (Lotim). KOLOM pun berkesempatan merekam sisi lain desa, satu muara sungai di mana perahu-perahu nelayan parkir massal.
Persiapan akhir rangkaian kegiatan, berlangsung di rumah salah seorang sesepuh pelukis. Miq Adi, panggilan akrab beliau, masih sempat menghidangkan senampan gelas-gelas berisi kopi panas.
Event kolaborasi ini sinergi dari Komunitas Seni Waktu, Serunih Gallery, Sanggar Arus Ide, Sanggar Naluri dan KOLOM. Dukungan sponsor dari satu yayasan yang giatnya menyasar anak-anak di daerah 3T dan mama Laras, salah seorang wali dari siswa sanggar melukis.
Pelukis yang hadir, diantaranya Komunitas Senine, Abah Yanto, Zaini Muhammad, 'keluarga pelukis' Mbak Ros bersama suami dan anak-anaknya, serta tentu saja Laras.
Yatim Piatu yang Berpenghasilan dari Lukisan dan Kaligrafi
"Saya mulai melukis di kelas tiga Tsanawiyah (setingkat SMP, pen). Zaman itu, sama sekali tidak mengenal apa itu kuas, canvas atau peralatan seni lainnya. Alat lukis utama saya adalah kapur tulis. Jika ingin lukisan awet, kapur tulis saya rendam lama. Ketika akhirnya karya saya mulai dibeli teman-teman sendiri, saya mulai melukis di media apa saja. Kayu, batu, apa saja," sebagian yang dikisahkan Yunani Ahmad, di rekaman Live Instagram yang berlangsung tepat selama satu jam.