Kehidupan baru telah menanti yang akan membuat hari -- hariku menjadi lebih sibuk lagi. Dengan berat hati harus meninggalkan begitu banyak kenangan seakan kaki ini enggan melangkah maju menuju tujuan. Tetapi takdir telah berkata lain aku harus melangkah ke depan walau harus tertati -- tati dan sesekali melihat ke belakang.
Kini setiap pagiku hanya ada suara teriakan antar penghuni kos dan jam alaram , tak ada lagi suara yang berkata " Nak bangun sudah pagi!! ". Semua kebiasaan yang dulu harus aku hilangkan dan memperbaikinya. Setiap hari harus menghadapi begitu banyak tantangan yang tak pernah aku hadapi .
Kadang kala ras rindu begitu mencekam hingga tak tau harus berbuat apa , pulang hal yang mustahil. Membuat dia bangga hal utama yang harus aku lakukan menahan rindu dengannya memang berat tetapi semua ini untuknya. Mengorbankan perasaan mungkin salah satu rencana Tuhan agar aku bisa menjadi lebih mandiri dan bisa mengubah pola pokir menjadi lebih dewasa.
Jarak begitu kejam walau hanya beberapa meter telah membuat rindu yang begitu berat bagaiman dengan berkilo -- kilometer jarak yang terbentuk apalagi jarak antar pulau benar -- benar menyiksa. Sekejam inikah jarak? Apakah jarak bisa berdamai dengan rindu ? Mungkin hal mustahil jika mereka berdamai.
Hanya Tuhanlah yang bisa membuat jarak itu tidak akan menjadi sebuah kata "Rindu"
" Selagi masih dekat hargailah sebelum jarak memisahkan dan membuat rindu yang begitu berat "
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H