Lihat ke Halaman Asli

Anselina Sima

I'm a littel woman

Si Beracun Penganti Bahan Bakar

Diperbarui: 27 September 2017   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahan bakar merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia , tanpa bahan bakar semua aktivitas terutama pada kendaraan dan dapur rumah tangga tidak dapat berjalan dengan semestinya. Saat ini telah muncul berbagai macam bahan bakar alternatif , salah satunya adalah bahan bakar bioetanol. Bioetanol adalah ethanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi. Etanol adalah bahan bakar beroktan tinggi dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan dalam bensin. Selaian bermanfaat sebagai bahan bakar alternatif bioetanol juga dapat digunakan sebagai bahan dasar minuman beralkohol , sebagai bahan bakar roket , sebagai bahan kimia dasar senyawa organik , sebagai antiseptik , sebagai antidote beberapa racun dan sebagai pelarut untuk parfum, cata , dan larutan obat.

Singkong adalah salah satu tumbuhan yang tidak asing lagi bagi masyarakat terutama di Indonesia , singkong biasanya diolah menjadi makanan pendamping atau tepung dan sekarang sudah dapat diubah menjadi bahan bakar bioetanol. Singkong merupakan salah satu bahan pembuat bahan bakar bioetanol.

 Singkong yang bagus untuk membuat bahan bakar bioetanol yaitu singkong genderuwo. Singkong genderuwo merupakan salah satu jenis singkong yang tidak dapat dimakan karena sifatnya yang beracun ,tapi dengan ukurannya yang besar maka singkong genderuwo sanggat menguntungan jika diolah menjadi bahan bakar bioetanol. Dengan ukuranmya yang besar dapat membuat bioetanol yang lebih banyak. Sehingga jenis singkong ini tidak dipandang sebelah mata saja melainkan dapat diolah menjadi sesuatu yang menguntungkan.

Cara mengolah singkong genderuwo menjadi bioetanol yaitu pertama -- tama kupas kulit singkong genderuwo, selanjutnya potong menjadi lebih kecil. Setelah dipotong menjadi lebih kecil maka potongan singkong harus dikeringkan hingga kadar air yang terkandung dalam singkong menjadi 16%. Selanjutnya masukan potongan -- potongan singkong kedalam tangki stainless si eel kemudian masukan air sebanyak 100 liter dengah suhu 100C dalam waktu 2 jam. Setelah 2 jam maka singkong akan berubah menjad bubur yang terbagi atas 2 lapisan. 

Setelah perebusan selesai maka tutup rapat tangki agar fermentasi erjalan dengan sempurna tanpa ada gangguan. Setelah 2 -- 3 hari larutan akan menjadi 3 lapisan yang salah satu lapisannya adalah etanol , sedot larutan etanol tersebut dengan menggunakan selang plastik dan kertas saringan agar air dan protein tidak tercampur dengan larutan etanolnya. Hasil penyulinggan etanol harus 99 % dari larutan etanol sendiri tanpa ada campuran air , dengan begitu etanol siap untuk dicampur oleh bensin.

Bioethanol yang terbuat dari singkong genderuwo sanggat bermanfaat karena biaya yang digunakan untuk pembuatan bioetanol dari singkong genderuwo sanggat ekonomis. Dan dapat menguranggi efek rumah kaca sehingga ramah lingkungan sertah menguranggi kebutuhan BBM yang saat ini sanggat tinggi. Dengan begitu biaya pengeluaran untuk pemakaian bahan bakar dapat berkurang sehingga menghemat pengeluaran dan dapat menambah peluang pekerjaan bagi para pengangguran. 

Jika pemerintah ingin penggunaan bahan bahan bakar fosil dan BBM berkurang maka pemerintah harus dapat bertindak dengan lebih bijak dengan mengembangkan cara pengelohan bioetanol yang terbuat dari singkong genderuwo karena singkong genderuwo begitu melimpah tetapi pengolahannya belum begitu maksimal. Jika pengolahan bioetanol dari bahan singkong genderuwo dikelolah dengan bijak maka bioetanol yang terbuat dari singkong genderuwo dapat dimanfaatkan oleh semua masyarakat Indonesia sehingga bahan bakar dari singkong genderuwo dapat menjadi salah satu pilihan yang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline