Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Dayu Rifanto, Jendela Buku bagi Anak-anak

Diperbarui: 22 Juli 2024   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok.Kompasiana

Taman baca masyarakat dapat menjadi ruang belajar dan persentuhan anak-anak pada buku bacaan. Di Sorong, anak-anak ramai datang ke taman baca. Pendidikan nonformal atau pendidikan masyarakat menjadi penting dan perlu diperkuat agar semakin banyak anak-anak mendapatkan ruang belajar yang fleksibel dan akses bacaan yang dapat mendukung pendidikannya.

Di Sorong, Papua Barat Daya, masih menghadapi berbagai tantangan dalam sektor pendidikan. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya, kondisi pendidikan di wilayah ini tetap memiliki problem tersendiri.

Jika melihat secara lebih luas, menurut statistik anak putus sekolah di empat provinsi baru di wilayah Papua mencapai 314.606 jiwa. Data ini berdasarkan kajian oleh peneliti dari Universitas Papua, sebagaimana dikutip dari KOMPAS.id.

Dukung Kompasianer Dayu Rifanto mengumpulkan buku bacaan anak-anak di Sorong, Papua Barat Daya di sini.

Misalnya, Papua Tengah menjadi daerah otonom baru dengan jumlah anak yang tidak sekolah tertinggi apabila dibandingkan dengan tiga provinsi baru lainnya, yakni 95.380 orang.

Adapun jumlah anak tidak sekolah di Papua Pegunungan mencapai 95.022 orang dan Papua Selatan 92.988. Sementara jumlah anak yang tidak bersekolah di Papua Barat Daya sebanyak 31.216 orang.

Selain persoalan akses pendidikan, keterbatasan ekonomi menyebabkan masyarakat kesulitan untuk menyekolahkan anak mereka. 

Itu sebabnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah pendidikan menjadi hal musykil diraih bagi mereka. Mengacu ke data dari peneliti Universitas Papua, tak sedikit anak-anak (Papua) putus sekolah atau setidaknya tidak bersekolah.

Lain lagi dengan kualitas pendidikan yang perlu menjadi perhatian. Persoalan guru berkualitas dan kesejahteraannya, kualitas sekolah yang tidak merata menjadi tantangan tersendiri.

"Di pertengahan tahun lalu misalnya, ada persoalan 5 bulan gaji guru PPPK yang belum dibayarkan. Juga persoalan guru yang tidak menunaikan tugasnya," kata Dayu.

Masalah literasi juga masih menjadi pekerjaan rumah bagi Papua. Misalnya menggunakan indeks aktivitas literasi membaca pada tahun 2019 (Indeks Alibaca), yang menyatakan bahwa Provinsi Papua dan Papua Barat berada pada urutan terbawah dari survei tersebut, yang mengukur aktivitas literasi membaca di masyarakat dari 34 provinsi di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline