"It's very important to tell story."
Menyampaikan kisah. Itulah alasan utama yang membuat Remco Vermeulen memilih Indonesia sebagai objek penelitian dalam rangka studi doktoralnya di Universitas Erasmus, di Rotterdam, Belanda.
Remco mengagumi geliat revitalisasi di Indonesia. Menurutnya, bangunan dan ruang sejarah dari era kolonial kini banyak direnovasi. Beberapa di antaranya bahkan seolah memiliki "napas" baru dan menjelma pusat-pusat hangout bagi anak muda. Misalnya: Kota Tua Jakarta, bekas Gedung Filateli yang kini menjadi Pos Bloc, dan Benteng Vredeburg di Jogja yang kerap menjadi venue kegiatan komunitas.
"Saya sangat tertarik dengan perkembangan ini semua: mengapa banyak anak muda datang ke tempat-tempat ini? Mengapa mereka nongkrong di sana? Apakah tempat ini, yang mengandung sejarah peninggalan Belanda pada era kolonial, penting bagi mereka?" tanya Remco.
Memang, ketertarikan Remco juga didasari oleh fakta sejarah bahwa Belanda dan Indonesia memiliki pertalian yang erat dan lama sejak masa kolonial.
Selain itu, dalam diri Remco juga mengalir darah Indonesia, dari kakeknya yang sempat tinggal di Surabaya. Tak heran, makanan Indonesia kegemaran Remco adalah tahu telor Jawa Timuran!
Remco menyadari histori penjajahan oleh Belanda cenderung menyisakan kesan buruk dalam benak masyarakat Indonesia. Akan tetapi, situs-situs bersejarah yang tertinggal dapat menjadi pembelajaran. Mereka mungkin dapat menuturkan cerita, apabila diberi kesempatan.
Beberapa peninggalan seperti bekas Istana Gubernur Jenderal mungkin salah satu yang bernasib baik karena bisa dimanfaatkan secara konsisten sebagai kantor lantaran lokasinya di dalam komplek Kementerian Keuangan. Gedung itu, sekarang Bernama AA Maramis.
Demikian pula Lapangan Waterloo yang kini Bernama Lapangan Banteng kini bersolek cantik dan menjadi penyejuk bagi para pengunjung Istiqlal dan Katedral.
Tetapi bagaimana dengan benteng-benteng tua di luar kota, penjara-penjara, sungai-sungai, stasiun, rumah-rumah keturunan Tionghoa dan India, dan lainnya?