Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Di Balik Gaya "Mimin" Mengelola Media Sosial

Diperbarui: 27 April 2021   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tangkapan layar Kata Netizen Kompas TV, 8 April 2020| Dokumentasi KompasTV

Beberapa waktu belakangan, akun media sosial lembaga pemerintah menuai perhatian dan jadi perbincangan netizen, terutama karena beberapa di antaranya mencoba untuk menyampaikan informasi dengan lebih menarik dan “lucu”.

Sebenarnya perlukan akun media sosial milik lembaga pemerintah sedikit mengubah gaya komunikasinya menjadi lebih luwes untuk menggaet lebih banyak pengikut? Ataukah tetap harus mempertahankan gaya serius dan resmi seperti citra yang selama ini ditampilkan?

Hal tersebut yang jadi topik diskusi dalam program Kata Netizen yang ditayangkan pada Kamis (8/4).

Diskusi tersebut diulas oleh 3 narasumber, yakni Nadirsyah Hosen (Rais Syuriah PCNU Australia-New Zealand), Ade Armando (pakar komunikasi UI), dan Giri Lumakto (pegiat literasi digital/kompasianer).

Nadirsyah Hosen atau yang akrab disapa Gus Nadir mengungkapkan bahwa sejak Idulfitri tahun 2020 lalu, beliau dibantu oleh beberapa admin untuk mengelola media sosialnya.

"Memutuskan untuk pakai mimin karena selain kesibukan, ternyata masing-masing media sosial berbeda-beda karakter," ujarnya.

Terkait sistem pengelola, Gus Nadir kerap berkoordinasi terlebih dahulu dengan para admin media sosial sebelum memutuskan konten apa yang akan ditayangkan.

Selain tokoh publik seperti Gus Nadir, akun-akun lembaga pemerintah juga mempercayakan pengelolaan media sosialnya pada admin yang ditunjuk khusus. 

Para admin inilah yang punya tugas penting menyampaikan dan menyebarkan informasi pada warganet. Salah satu strategi adalah menghadirkan gaya penyampaian yang "lucu".

Terkait hal tersebut, Pakar Komunikas UI, Ade Armando mengatakan bahwa gaya lucu tersebut bisa efektif ketika ada isu kontroversial, supaya penyampaiannya lebih cair.

"Namun, dalam penyampaian pesan perlu mempertimbangkan beberapa hal, salah satunya kredibilitas dan legitimasi. Gaya lucu tersebut tidak bisa selalu digunakan karena akun lembaga resmi itu harus terlihat berwibawa," katanya.
 
Gaya lucu, atraktif, dan interaktif dilakukan mungkin dengan tujuan untuk menyesuaikan diri agar mudah diterima oleh warganet. Tapi menurut Ade Armando penyesuaian gaya tersebut seharusnya tidak mengurangi fungsi akun lembaga resmi sebagai andalan publik untuk mendapatkan informasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline