Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Kudeta terhadap Aung San Suu Kyi hingga Niat yang Bikin Makan Hati

Diperbarui: 3 Februari 2021   04:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Diolah dari sumber: AFP PHOTO/AUNG SHINE OO via Kompas.com)

Penangkapan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi bersama sejumlah tokoh senior Partai National League for Democracy (NLD) oleh militer pada Senin (02/01/2021) menjadi perhatian banyak negara, termasuk di Indonesia.

Di mata publik internasional Aung San Suu Kyi memiliki catatan negatif. Ia dituntut bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi kepada masyarakat Rohingya selama ini. Bahkan imbasnya beberapa penghargaan untuknya dicabut.

Kompasianer Yon Bayu dalam artikelnya mengatakan, bagaimanapun kudeta yang terjadi harus dikecam dan dunia luar perlu menekan militer Myanmar agar mengembalikan proses demokrasi yang sudah berjalan.

Artikel tersebut menjadi salah satu konten terpopuler di Kompasiana kemarin, bersama dengan konten-konten menarik lainnya seperti soal rencana kembalinya pesawat supersonik hingga niat menulis yang bikin makan hati. Yuk, simak kembali 5 konten di bawah ini:

Haruskah Penahanan Aung San Suu Kyi Kita Syukuri?

Foto arsip tertanggal 17 Desember 2019, menampilkan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, berbicara di konferensi pers dengan Perdana Menteri Vietnam, Nguyen Xuan Phuc, setelah bertemu di Istana Kepresidenan Naypyidaw, Myanmar.(AP PHOTO/AUNG SHINE OO via Kompas.com)

Ini bukan pertama kalinya militer Myanmar melakukan kudeta. Bahkan junta militer pernah berkuasa cukup lama. Aung San Suu Kyi sendiri pernah berada dalam tahanan rumah selama total 15 tahun dari 21 tahun masa penahanannya sebelum dibebaskan tahun 2009 dan menjadi orang terkuat di Myanmar.

Lalu bagaimana respons masyarakat dunia terhadap penahanan Aung San Suu Kyi kini, mengingat banyak yang tidak suka dengannya karena "pembiaran" pada praktik  genosida etnis minoritas Rohingya? Apakah harus berbahagia? (Baca selengkapnya)

Mengapa Kudeta Kerap Terjadi di Myanmar dan Thailand?

Polisi berjaga di sepanjang jalan di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, pada 29 Januari 2021, menjelang pembukaan kembali parlemen pada 1 Februari menyusul pemilu November 2020 yang dimenangkan Aung San Suu Kyi dari NLD secara telak.(AFP PHOTO/THET AUNG via KOMPAS.com)

Selain Myanmar, di Thailand juga kerap terjadi kudeta. Kudeta Thailand yang terakhir terjadi pada tahun 2014 terhitung merupakan kudeta militer ke-21. Tujuan dan penyebabnya pun tidak jauh beda dengan kudeta yang terjadi di Myanmar.

Jika membandingkan Myanmar dan Thailand dengan negara Asia Tenggara lainnya yang memegang ideologi demokrasi, jelas bahwa kudeta memang lebih sering terjadi di dua negara itu. Kira-kira apa alasannya? (Baca selengkapnya)

Dunia Menanti Kembalinya Era Pesawat Supersonik

Pesawat supersonik Aerion & Boom. Sumber: Aerion & Boom / www.aerospaceamerica.aiaa.org

Hampir delapan belas tahun telah berlalu sejak pesawat supersonik Concorde terakhir kali mengudara dari bandara JFK di New York menuju bandara Heathrow - London. Namun, siapa sangka, pesawat supersonik dalam dunia penerbangan sipil kini siap kembali mengangkasa.

Dilansir situs aviasi "Simple Flying" belum lama ini, setidaknya ada tiga pabrikan pesawat yang sedang mengembangkan pesawat supersonik dengan spesifikasi berbeda. Kesamaannya hanya satu, yakni kecepatan supersonik yang mampu melaju melebihi kecepatan suara. (Baca selengkapnya)

Lembah Tumpang, Keraton Tiban ala Singhasari-Majapahit

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline