Harapan akan meredanya kasus Covid-19 seiring pergantian tahun sepertinya masih menemui tantangan untuk direalisasikan. Selain karena vaksin yang masih terus dalam tahap penyempurnaan, rupanya ada kabar buruk soal munculnya varian baru virus Covid-19 di beberapa negara.
Indonesia tentunya tidak bisa mengulang kesalahan yang sama seperti awal tahun lalu yang menganggap "enteng" kehadiran corona. Bagaimana pun di tengah kasus yang tak kunjung mereda, sudah sepatutnya kita waspada akan strain baru tersebut.
Di samping topik mengenai varian baru Covid-19, Kompasiana juga memiliki konten-konten populer lainnya seperti soal investasi saham yang sedang ramai diperbincangkan hingga drama "Start Up" yang terjadi di dunia nyata.
Mewaspadai Strain Baru Covid-19 yang Memiliki Daya Tular yang Lebih Cepat
Menurut catatan stain baru ini dilaporkan ditemukan di Inggris dengan nama VUI-202012/01 yang mutasinya terdeteksi pada bulan September 2020 lalu di wilayah tenggara Inggris tepatnya di county of Kent, London.
Walaupun strain baru ini tidak lebih mematikan, tapi yang dikhawatirkan adalah daya tularnya yang lebih tinggi. (Baca selengkapnya)
Cermat Berinvestasi, Saatnya Saham Jadi Salah Satu Pilihan
Sebetulnya masih banyak masyarakat umum yang belum memahami sepenuhnya apa yang disebut dengan saham meskipun kampanye bertajuk "Yuk Nabung Saham" lumayan gencar dilakukan oleh BEI dan OJK.
Ada dua keuntungan yang diharapkan dengan membeli saham, yakni keuntungan bila nanti saat dijual lagi, harganya lebih tinggi dari harga beli semula. Keuntungan yang kedua..... (Baca selengkapnya)
KAI Jual Tiket Liburan Murah, Aturan Rapid Antigen Jadi Sia-sia!
Aturan atau kewajiban rapid antigen yang dimaksudkan untuk menekan keinginan masyarakat berlibur saat Natal dan tahun baru kini kehilangan esensi.
Salah satunya karena KAI justru memberikan diskon besar untuk perjalanan jarak jauh. Seolah-olah memberikan kemudahan untuk orang berlibur. (Baca selengkapnya)
"Sekolah Menteri"
Banyak yang kaget ketika Budi Gunadi Sadikin, yang bukan dokter dan bukan peneliti di bidang kesehatan, diangkat menjadi Menteri Kesehatan menggantikan Terawan Agus Putranto.
Pengangkatan BGS sebagai Menteri Kesehatan sekali lagi membuktikan bahwa siapa pun bisa menjadi menteri di bidang apapun tanpa harus lulus sekolah profesi tertentu yang ada di kementerian/lembaga yang akan dipimpinnya. (Baca selengkapnya)