Mestinya dalam sebuah komunitas itu bukan lagi sekadar adanya persamaan antaranggota, melainkan ada kesepatan di dalamnya.
Maksudnya, sebuah komunitas bisa tetap eksis dan melakukan segala bentuk aktivitas kegiatannya berdasarkan kesepakatan anggotanya. Sebab, dengan begitu, dapat membentuk individu/masyarakat yang mandiri dan berdaya bagi sesama.
Nilai lebihnya ketika kita sudah berkomunitas yaitu dapat sama-sama tumbuh untuk menawarkan beragam solusi untuk berbagai masalah. Komunitas hadir untuk membuat perubahan.
Inilah yang kemudian menjadi keunggulan bangsa kita, atau malah sebuah keajaiban, adalah melimpahnya modal sosial dalam rupa karakter masyarakat yang komunal.
Kita mungkin satu-satunya bangsa di dunia yang sangat "social minded", sebuah karakter yang secara aktif tertarik pada kesejahteraan sosial atau kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dengan kata lain, tradisi bersosialisasi, kegandrungan bermasyarakat, "hormon gaul" kita ini, tidak ditemukan di tempat lain di dunia.
Sedikit menyitir peribahasa: bersatu kita teguh, berkomunitas kita tangguh.
1. Hal-hal yang Perlu Dimiliki untuk Bisa Hidup Bersama
Dalam hidup kolektif, tulis Kompasianer Teopilus Tarigan, ada begitu banyak nilai yang dianut dan dipahami oleh setiap anggota komunitas: bahwa untuk bisa hidup bersama dibutuhkan adanya rasa saling percaya.
Rasa saling percaya seperti yang dimaksud itu bukan dalam artian kepercayaan atas dasar "kebenaran" dan "pembenaran" absolut, akan tetapi dalam prinsip kolektivisme yang memberangus sama sekali pengakuan atas hak-hak pribadi dengan alasan demi kepentingan umum.
"Sikap kritis dan verifikatif juga berguna untuk menahan laju proses pembusukan di masyarakat demi kebaikan hidup bersama," lanjutnya.
Oleh karena itu, dalam berkomunitas selain tetap saling percaya dan kritis, kita mesti sama-sama untuk menjaga interaksi. (Baca selengkapnya)