Di dunia ini tidak jarang kita temukan cara suatu masyarakat yang berbeda kebudayaan, ideologi, atau agama terhubung dengan suatu praktik yang bisa membuat mereka membutuhkan satu sama lain.
Seperti yang dimiliki masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur, Ikan merupakan perlambang komunikasi antara masyarakat Muslim dan Katolik, hidup saling berdampingan dan harmonis di satu pulau sejak dulu.
Begitulah yang disampaikan oleh Kompasianer Reba GT, yang artikelnya memiliki keterbacaan banyak kemarin (01/07/2020) di Kompasiana. Menurutnya, diplomasi ikan berhasil meruntuhkan fundamentalisme agama di Flores.
Selain itu, ada 4 artikel menarik lainnya yang terpopuler, salah satunya mengenai K-Drama yang menurut orang Korea sendiri ceritanya berlebihan (lebay). Kenapa penyebabnya?
Berikut 5 artikel terpopuler di kompasiana:
Diplomasi Ikan: Meruntuhkan Fundamentalisme Agama (Katolik-Islam) di Flores
Di tanah Flores, solidaritas sedemikian menjelma sebagai budaya dan menjadi kearifan lokal tersendiri. Dan kebudayaan masyarakat Flores itu bukan saja artefak masa lampau, melainkan masih kontekstual dan membumi hingga kini.
Setiap hari kedua umat beragama samawi ini berjumpa dan bersosialisasi. Salah satu medium perjumpaannya adalah melalui ikan. (Baca Selengkapnya)
Tangisan Risma, antara Kodrat dan Pertaruhan Popularitas
Ada banyak alasan untuk menerima tangisan sebagai hal lumrah, termasuk kondisi budaya - lebih dapat diterima bagi perempuan untuk menangis - dan fakta bahwa saluran air mata perempuan secara anatomis lebih dangkal dibandingkan laki-laki, yang mengarah ke spillover, yang membuat tangisan perempuan lebih terlihat.
Tetapi, tetap saja, harapan sosial mengatakan: laki-laki, apalagi dalam politik, secara tradisional sebaiknya memang tidak perlu menangis. (Baca Selengkapnya)
Gara-gara Persaingan Usaha Harus Musuhan Berjemaah, Sorry, Ya...
Hati kecil saya berharap, usaha A bisa berlanjut, tanpa menimbulkan konflik dengan B. Silakan bersaing secara sehat, rezeki masing-masing sudah ada yang ngatur.
Tanpa sadar saya telah kecebur ke dalam urusan orang lain. Padahal, mati-matian saya berusaha netral agar mereka tidak berkonflik. Curhatan keduanya saya tampung sewajar dan seadil-adilnya. (Baca Selengkapnya)