Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Ikan, Perlambang Keharmonisan Katolik-Islam di Flores hingga K-Drama Itu "Lebay" bagi Orang Korea

Diperbarui: 2 Juli 2020   05:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjual ikan segar di Pasar Baru Larantuka, Flores, NTT, Jumat (12/10/2018).(KOMPAS.com/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Di dunia ini tidak jarang kita temukan cara suatu masyarakat yang berbeda kebudayaan, ideologi, atau agama terhubung dengan suatu praktik yang bisa membuat mereka membutuhkan satu sama lain.

Seperti yang dimiliki masyarakat Flores, Nusa Tenggara Timur, Ikan merupakan perlambang komunikasi antara masyarakat Muslim dan Katolik, hidup saling berdampingan dan harmonis di satu pulau sejak dulu.

Begitulah yang disampaikan oleh Kompasianer Reba GT, yang artikelnya memiliki keterbacaan banyak kemarin (01/07/2020) di Kompasiana. Menurutnya, diplomasi ikan berhasil meruntuhkan fundamentalisme agama di Flores.

Selain itu, ada 4 artikel menarik lainnya yang terpopuler, salah satunya mengenai K-Drama yang menurut orang Korea sendiri ceritanya berlebihan (lebay). Kenapa penyebabnya?

Berikut 5 artikel terpopuler di kompasiana:

Diplomasi Ikan: Meruntuhkan Fundamentalisme Agama (Katolik-Islam) di Flores

Ilustrasi Diplomasi Ikan (Gambar: freepik.com)

Di tanah Flores, solidaritas sedemikian menjelma sebagai budaya dan menjadi kearifan lokal tersendiri. Dan kebudayaan masyarakat Flores itu bukan saja artefak masa lampau, melainkan masih kontekstual dan membumi hingga kini.

Setiap hari kedua umat beragama samawi ini berjumpa dan bersosialisasi. Salah satu medium perjumpaannya adalah melalui ikan. (Baca Selengkapnya)

Tangisan Risma, antara Kodrat dan Pertaruhan Popularitas

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, saat berkunjung ke Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (31/7/2019).(KOMPAS.com/RODERICK ADRIAN MOZES)

Ada banyak alasan untuk menerima tangisan sebagai hal lumrah, termasuk kondisi budaya - lebih dapat diterima bagi perempuan untuk menangis - dan fakta bahwa saluran air mata perempuan secara anatomis lebih dangkal dibandingkan laki-laki, yang mengarah ke spillover, yang membuat tangisan perempuan lebih terlihat.

Tetapi, tetap saja, harapan sosial mengatakan: laki-laki, apalagi dalam politik, secara tradisional sebaiknya memang tidak perlu menangis. (Baca Selengkapnya)

Gara-gara Persaingan Usaha Harus Musuhan Berjemaah, Sorry, Ya...

Ilustrasi: Salah satu Rumah Makan di Pinggir Danau Kerinci Desa Sanggaran Agung. (Bukan RM yang pemiliknya sedang berseteru). Foto: NURSINI RAIS.

Hati kecil saya berharap, usaha A bisa berlanjut, tanpa menimbulkan konflik dengan B. Silakan bersaing secara sehat, rezeki masing-masing sudah ada yang ngatur.

Tanpa sadar saya telah kecebur ke dalam urusan orang lain. Padahal, mati-matian saya berusaha netral agar mereka tidak berkonflik. Curhatan keduanya saya tampung sewajar dan seadil-adilnya. (Baca Selengkapnya)

K-Drama Itu "Lebay", Kata Orang Korea Sendiri Loh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline