Nampaknya pemerintah daerah di mana pun, perlu memperhatikan dengan baik kondisi gedung karantina Covid-19 di wilayahnya. Hal ini karena kenyamanan dan keamanan penghuni sebenarnya juga berpengaruh pada kesehatan.
Seperti yang dialami Kompasianer Elvidayanty darkasih yang kini tengah menjalani karantina di daerahnya, kota Jambi. yang menurutnya, fasilitas karantina kurang layak. Sehingga membuatnya sulit tidur dan badan sakit-sakit.
Dalam artikelnya, ia dan beberapa warga yang dikarantina pada akhirnya menyesal.
Selain tentang kondisi karantina di daerah Jambi tersebut, terdapat juga artikel populer lain yang kali ini membahas bedanya makna New Normal antara presiden Jokowi dan Amien Rais.
Bagi Laro Jaong, Kompasianer yang menulis artikel tersebut berpendapat bahwa: Pak Amien hanya meminjam hangat percakapan tentang new normal, menjadikannya panggung untuk membicarakan hal yang lain yang tentu saja tidak kalah pentingnya.
Apa itu? Berikut 5 artikel terpopuler yang tersaji di Kompasiana kemarin:
1. Dear Bapak Wali Kota Jambi, Kami Menyesal Ikut Rapid Test
Mulai dari tempat karantina yang tidak representatif, tidak aman, kesulitan tidur karena suhu kamar yang panas, ditambah pula kasur tua yang per-nya menusuk-nusuk punggung dan menyebabkan rasa nyeri, membuat tidak bisa tidur.
Selama dikarantina, hanya dua kali petugas mengukur suhu tubuh pasien. Selebihnya, saya hanya melihat mereka lebih banyak di dalam ruangan khusus untuk mereka. (Baca Selengkapnya)
2. New Normal Jokowi Vs Amien Rais
Pak Amien pada dasarnya memahami maksud sejati new normal versi Presiden Joko Widodo. Kritiknya bukan pada praktik new normal. Ia cuma membonceng frasa itu bagi pesan yang lain: soal utang dan kebijakan-kebijakan ekonomi, soal kesejahteraan rakyat.
Kita butuh orang-orang yang selalu mengajak kita waspada terhadap kondisi pengangguran, kelaparan, utang luar negeri, dan lain-lain, dan sebagainya. (Baca Selengkapnya)
3. Kurikulum Darurat ala Kemenag Sudah Terbit, Kemendikbud Kapan?
Kementerian Agama sudah keluarkan kurikulum, agaknya kali ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama Mas Nadiem juga perlu mengambil ancang-ancang untuk menerbitkan kurikulum.