Mundurnya Soeharto dari jabatan Presiden Republik Indonesia pada 21 Mei 1998 disebut-sebut menjadi awal dari babak baru negeri ini. Era reformasi dianggap sebagai jalan demokrasi yang lebih terbuka.
Kini, 22 tahun kemudian, sudahkah kita menuai demokrasi yang baik buah dari reformasi itu? Sekiranya itulah yang dipertanyakan Julius Deliawan dalam artikelnya menyoal 22 Tahun Reformasi.
Selain momentum itu, kemarin juga umat Kristiani memperingati Kenaikan Isa Almasih. Yupiter Galo dalam artikelnya menyebut bahwa Isa (Yesus) naik ke surga lantaran memang tempatnya bukan di dunia.
Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana:
22 Tahun Reformasi, Sudah Dapat Apa?
Reformasi nampaknya hanya mengubah wajah, memoles muka, tanpa mengubah paradigma. Korupsi masih tetap menjadi ancaman serius bagi kesejahteraan rakyat. Keterbukaan, tidak cukup ampuh memberi efek jera. (Baca selengkapnya)
Yesus Naik ke Surga karena Tempatnya Bukan di Dunia
Rumah Yesus ada di surga, bukan di dunia. Kehadiran-Nya di dunia ini untuk menyelesaikan tugas menyelamatkan umat manusia dari segala macam bentuk kejahatan dan dosa yang diperbuat. (Baca selengkapnya)
Hand Sanitizer Sudah Rp 4000 dan "The New Normal" ala Presiden Jokowi
Normal baru versi Indonesia yang dilontarkan Pemerintah Presiden Jokowi ke tengah masyarakat cukup prematur. Normal baru membutuhkan bantalan dan prasyarat yang tak ringan. Bukan sekadar harga masker atau hand sanitizer yang berangsur normal setelah sempat melonjak tajam. (Baca selengkapnya)
Membandingkan Penghasilan Menjadi Ghostwriter dengan Menulis Buku Sendiri
Ghostwriter bisa disebut penulis "tanpa tanda jasa". Namanya tak akan tercantum di buku-buku yang ia tulis sendiri, karena buku tersebut akan tercantum nama orang lain. Lalu, berapa sih penghasilan seorang ghostwriter? (Baca selengkapnya)
Ketika Prinsip Baik Orangtua Tidak Selalu Cocok Buat Anak
Anda sebagai orangtua mungkin memiliki prinsip sendiri. Namun, sekalipun prinsip itu baik, belum tentu tepat "diaplikasikan" untuk atau oleh anak Anda. Bahkan justru bisa berakibat buruk. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H