Pandemi Covid-19 tidak melulu menjadi momok. Kali ini, di tengah terpaannya yang cukup luar biasa, bahkan di banyak negara, ia memunculkan sebuah pejuang kemanusiaan yang telah lama hilang.
Pejuang itu hampir lama luput dari dari pembicaraan, terlebih apresiasi dari kita. Dia adalah para perawat di Indonesia.
Merebaknya Covid-19 turut membuat kita waspada di tengah derasnya informasi. Segala macam informasi, baik terpenuhi segala unsur untuk menjadi sebuah kebenaran maupun patut dipertanyakan hadir secara langsung dalam genggaman.
Namun, apalah arti kebenaran tanpa sebuah kebijaksanaan. Dan bukankah lebih baik kita menebar kebaikan di tengah kepanikan seperti hari-hari ini?
Berikut artikel kami rangkumkan artikel terpopuler di Kompasiana, mulai dari pejuang kemanusiaan yang lama terabaikan hingga petugas KUA yang dilema di tengah corona:
Perawat Indonesia, Pejuang Kemanusiaan Garda Depan yang (Telah Lama) Terabaikan
Beban para tugas perawat bisa dikatakan belakangan ini memuncak. Sementara itu, panduan dasar yang jelas tentang prosedur penangan virus di tingkat pelaksanaan juga dianggap masih tidak konsisten.
Di sisi lain, keluhan atas jumlah perawat menyeruak dipertanyakan. Sementara, tak sedikit dari mereka adalah tulang punggung keluarga, baik secara lahir maupun batin.
Lalu salahkah kita mereka sebagai pejuang kemanusiaan? (Simak cerita lengkapnya di sini)
Apakah Kita Harus Tetap Santai Menghadapi Wabah Covid-19?
Masih banyak orang Indonesia yang tidak teredukasi baik dengan adanya COVID-19 ini dan malah tetap santai melakukan kegiatan berkumpul di luar rumah walaupun sudah ada saran dari presiden Jokowi sendiri untuk melakukan kerja, belajar dan ibadah dari rumah.
Lalu mengapa masyarakat kita terkesan cukup santai menghadapi ini? (Selengkapnya baca di sini)
Dari Guru untuk Orangtua, "Kami Titip Siswa, Tolong Daur Ulang Tata Kramanya"
Terus terang saja, hingga saat ini barangkali masih cukup banyak para orangtua yang sekadar ingin anak mereka sekolah dan kemudian menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada guru.