Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

[Terpopuler] Pemulangan Pasca-karantina di Natuna hingga Bahaya Skullbreaker Challenge

Diperbarui: 17 Februari 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: Tribunbatam.id via Youtube Tribun Jakarta Official

Kompasianer sudah pasti mengikuti kabar bagaimana dramatisnya proses evakuasi terhadap 243 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Wuhan menjelang kembali ke Indonesia. Setelah meninggalkan kota Wuhan yang terisolasi, mereka masih harus menjalani masa karantina di pulau Natuna selama 2 minggu sebagai prosedur kesehatan.

Sabtu 15 Februari 2020 adalah masa berakhirnya pemantuan (14 hari) yang ditetapkan WHO, artinya mereka kini sudah bisa berbaur bersama keluarga tercinta dan masyarakat tanah air.

Inilah 5 artikel populer yang menarik kemarin:

Bersatu di Wuhan, Berpisah di Tenda Pleton, Terima Kasih Natuna!

Gambar diolah oleh penulis @abanggeutanyo

Selama 14 hari mereka telah "disatukan" dari bayang-bayang wabah Corona. Baik ekspatriat hingga mahasiswa berinteraksi saling berkenalan lebih dekat. Syukur sekali kondisi mereka baik-baik saja.

Hiruk pikuk di hanggar akan kembali sepi seakan ikut membawa sejuta kenangan tak terlupakan atas seluruh perhatian selama di sana. Meskipun dengan beberapa kuntum bunga semoga tak akan mengurangi tanda sayang dan terimakasih dari mereka untuk semua yang telah memberi perhatian, spesial untuk Natuna. (Baca Selengkapnya)

Tolong, Skullbreaker Challenge Jangan Sampai Masuk Sekolah!

Para pemuda beraksi di depan kamera telepon seluler ketika membuat video TikTok di sebuah teras rumah keluarga mereka di Hyderabad, India, 14 Februari 2020 (NOAH SEELAMAFP via KOMPAS.id)

Kehadiran tren Skullbreaker Challenge yang viral dari aplikasi TikTok ini mesti jadi peringatan dini kepada seluruh sekolah, orangtua, serta masyarakat di Indonesia. Jangan sampai anak-anak kita, remaja kita, dan dewasa kita ikut coba-coba adegan yang berbahaya ini.
Sebegitu bahayakah Challange ini? (Simak Selengkapnya)

Mengembangkan Desa Inkubator, Mari Awali dengan Basis Data Desa

Tempelate Rencana Strategis Pengembangan Desa Tematik. (Dok.Pribadi penulis)

Sesungguhnya desa-desa di Indonesia itu bisa maju dan mandiri dari dengan pendekatan kegotong-royongan. Lihat saja Umbul Ponggok dan Kopi Klothok, masyarakat tidak melihat bahwa memajukan desanya harus diawali dengan anggaran bombastis.

Ini bisa menjadi kritikan ke pemerintah terutama dengan adanya program dana desa yakni desa mendapatkan bantuan 1 M per desa untuk berbagai kegiatan pembangunan desa. Sayangnya banyak kelemahan dalam program ini, karena sistem basis data desa kita masih cukup lemah. (Baca Selengkapnya)

Kawin Kontrak di Bogor yang Mendunia

Sumber gambar: Kompas TV

Cerita-cerita kawin kontrak ini sebenarnya telah lama beredar di daerah Bogor. Sampai-sampai ada sebuah nama kampung Arab yang diidentikkan dengan kawasan wisata seks halal. (Baca Selengkapnya)

Tahukah Kamu dari Mana Asal Kata "Angin"?

sumber phys.org

Pernahkah kamu bertanya-tanya, kenapa sesuatu yang berhembus disebut sebagai 'Angin'?

Penyebutan unsur 'angin' terkadang tertukar dengan kata 'udara'. Dan untuk mengetahui kata manakah diantara keduanya yang tepat digunakan sebagai salah satu nama unsur mikrokosmos, menelusuri etimologi kata 'angin' dan 'udara' adalah satu-satunya jalan. (Simak Penjelasannya di sini) 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline