Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

[Populer dalam Sepekan] Jalan Panjang UU KPK Baru | Omnibus Law Cilaka, Celaka? | Tantangan Nikah Muda

Diperbarui: 20 Januari 2020   05:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi mengerebuti kekuasaan. (sumber: KOMPAS)

Pada kasus operasi tangkap tangan (OTT) anggota KPU Wahyu Setiawan oleh KPK ternyata memiliki dampak yang tidak biasa.

Pasalnya, setelah Wahyu ditangkap pada Rabu (8/1/2020), sedangkan penetapan tersangka dilakukan pada Kamis (9/1). Sementara itu Dewan Pengawas KPK baru menerima surat pengajuan izin penggeledahan pada Jumat sore, dan izinnya baru diberikan pada Jumat malam (12/1).

Itu baru secara birokrasi, lantas bagaimana dengan penyelenggaraan pemilihan umum ke depan?

Kompasianer Diaz Rosano menuliskan keresahannya lewat sebuah esai yang menarik: Menguak Ruang Gelap Penyelenggaraan Pemilu Pasca-OTT KPK.

Selain adanya OTT KPK, masih ada artikel menarik dan terpopuler lainnya di Kompasiana: dari pro-kontra diresmikannya Omnibus Law hingga tantangan bagi mereka yang berniat nikah muda.

Berikut 5 artikel menarik di Kompasiana dalam sepekan:

1. Menguak Ruang Gelap Penyelenggaraan Pemilu Pasca-OTT KPK

Pertarungan seru para capres tampak lebih menarik perhatian publik ketimbang pemilihan anggota DPR, DPRD, dan DPD.

Pemilihan para caleg ini, tulis Kompasianer Diaz Rosano, nyaris luput dari perhatian masyarakat mulai dari awal kampanye hingga penetapan para anggota legislatif terpilih karena terlalu sibuk mengamati proses pilpres daripada pileg.

Dalam tulisannya tersebut, ia menjelaskan bahwa sebenarnya justru terjadi di antara caleg baik antarpartai maupun di dalam partai itu sendiri.

Saat kampanye, misalnya, banyak caleg yang berani bertaruh menggadaikan harta bendanya untuk meraih posisi legislatif walau dengan risiko tidak kembali modal bila gagal.

"Ruang gelap inilah yang ternyata dimanfaatkan oleh penyelenggara Pemilu dari berbagai tingkatan untuk "bermain" dengan partai dan para caleg yang ingin duduk di kursi legislatif," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Dinasti Politik, dari Harry ke Gibran

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline