Kadang, sedekat apapun kita dengan teman, jika sudah berurusan dengan uang pasti ada hal-hal yang kemudian serba-sensitif. Bisa saja dari lupa membayar ketika makan karena telah ditalangi hingga meminjam uang.
Bagi sebagian orang meminjamkan uang pada teman mungkin bukan masalah. Apalagi jika kondisi keuangan sedang sehat.
Walau statusnya teman, intinya meminjamkan uang tetap tidak bisa sembarangan. Dan jika ingin meminjamkan uang, pastikan kita tahu bagaimana temanmu akan membayar.
Atau jika ingin lebih jelas, kita bisa tanyakan alasannya meminjam: apakah benar kebutuhan mendesak atau sekadar memenuhi keinginan semata?
Bukan untuk curiga atau tidak tega, namun jika nominal yang dipinjam cukup besar kita bisa bagaimana mesti bersikap. Dengan kemungkinan terburuknya adalah menolak meminjamkan.
Sebab, memberi pinjaman kepada teman tidak akan menjadi masalah selama kedua pihak dapat saling menjaga kepercayaan.
Bahkan dalam arti tertentu, menurut Pical Gadi, pinjam meminjam ini jadi semacam tanda akrabnya relasi antara dua sahabat tersebut.
"Tidak mungkin memberi pinjaman uang kepada orang yang tidak dikenal baik, bukan?" lanjutnya
Sebagai contoh, Ariyani Na pernah merasa kesal ketika seorang teman meminjam uang dengan alasan harus membayar tukang yang sedang membetulkan rumahnya.
Tetapi sampai beberapa bulan kemudian, katanya, tidak ada niat dari teman tersebut mengembalikan.
"Padahal di status media sosialnya tergambar bahwa Ia banyak melakukan kegiatan yang saya kira seharusnya cukup untuk mengganti uang saya," lanjutnya.
Tujuan memberikan pinjaman tentu untuk menolong atau memberi jalan keluar bagi teman/kerabat yang sedang membutuhkan. Bahkan bagi Ariani Na sama sekali tidak menguntungkan, sebab yang dibantu adalah teman sendiri.