Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Karena Menjadi Pengagum K-Pop adalah Solusi

Diperbarui: 5 September 2018   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi K-Pop. Sumber gambar: pixabay

Karena yang menjadi fans k-pop adalah kami. Bukan kamu, kalian atau mereka; apalagi kita. Lantas, apa yang bisa membuat gerangan begitu membenci kami?

Bahwa benar bila kami, barangkali, memang bisa membuat orang-orang menutup telinga, memalingkan mata, bahkan sampai tidak ingin menoleh sama sekali terhadap apa yang kami suka. Ya. Tapi, sungguh sampai hati, kami tidak ingin memaksa mereka menyukai apa yang kami suka. Biar kami menyahaja.

Dan K-pop, bagi kami, adalah cara aktulisasi atas apa yang kami idamkan. Mereka tidak hanya bernyanyi lagu cinta, tapi lebih dari itu, yang mereka nyanyikan adalah tentang perjuangan kaum muda. Sungguh, itu begitu dekat dengan kami. Mungkin juga kamu atau yang lain. Entahlah.

Namun yang membuat kami sungguh menggagumi K-Pop adalah masing-masing dari mereka memiliki kepribadian yang hebat. Juga imut, memang. Seksi, tentu saja, dan menggemaskan.

Atau, bagaimana ya menjelaskannya?

***

Sebenarnya K-pop sudah menarik perhatian sejak tahun 90-an. Tapi, sejalan kemudian, memasuki tahun 2000-an itu dibarengi dengan "ledakan media sosial" seperti Youtube dan Facebook, misalnya. Hal itu tentu saja berbanding lurus dengan penyebarluasan penonton K-Pop pada kawasan Asia secara keseluruhan. Dampak besar ini ketika itu dinamai: Hallyu Wave.

Sebagai contoh, melihat dari hasil penelitian yang dilakukan Sun Jung dari Vicrotia University, pada Oktober 2010, misalnya, Super Junior, boy band idola K-Pop ini, menduduki peringat nomor satu Twitter di seluruh dunia. Dan lonjakan ini jika dilihat berasal dari Indonesia. Topik apapun tentang boy band Super Junior selalu mendapat perhatian banyak lewat kicauan.

Masih dari penelitian Sun Jung, katanya, fenomena semacam itu menggambarkan bagaimana media sosial dapat meningkatkan--bahkan memberdayakan--budaya dan sirkulasi kultur K-Pop secara luas dan dianut oleh konsumen Asia dan (sampai batas tertentu) di dunia.

Selain karena media sosial, melesatnya pertumbuhan K-Pop di Indonesia disebabkan karena produk ini adalah produk pop hibrid: Dibuat dengan penuh kehati-hatian yang dapat menggabungkan aspek budaya Timur dan Barat kepada satu produk saja.

Dan menurut penelitian Sun Jung tadi, hibridasi budaya strategis tersebut adalah untuk memenuhi keinginan kompleks berbagai konsumen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline