Selalu ada yang istimewa di bulan puasa. Salah satunya adalah Tunjangan Hari Raya atau biasa disebut THR. THR memang selalu datang di waktu yang tepat. Meski sebenarnya menyimpan persoalan laten yang mengintai, yakni buruknya kita mengelola pengeluaran.
Godaan-godaan berbagai macam produk dengan segala kata-kata ajaibnya seperti diskon, "buy 1 get 1", limited edition, dan sebagainya yang tak jarang membuat kita tergoda. Sehingga, dampaknya, THR kita pun ludes dengan segera tanpa di sadari. Di sisi lain kebutuhan primer kita masih dari kata jauh dari kata terpenuhi.
Di sisi lain juga sebenarnya sudah banyak kritik dari berbagai ahli agar masyarakat tak mudah menjadi konsumtif karena pada akhirnya akan menumbuhkembangkan generasi bermental "peminta" bukan "pemberi".
Budaya konsumtif tentu saja mendorong seseorang tergantung pada banyak hal, termasuk segala sesuatu yang sekiranya instan dan cepat dalam memenuhi keinginan pribadinya.
Diakui maupun tidak, produk tahunan pemerintah maupun perusahaan yang populer dengan istilah THR, juga bagian dari budaya konsumtif yang sulit dilepaskan dari gurita mental "peminta" masyarakat kita.
Padahal, harus kita sadari, bahwa ajaran puasa yang menanamkan nilai-nilai produktivitas dan kreativitas kepada setiap orang yang melakukannya, tertimbun habis oleh budaya konsumtif melalui THR yang merajalela.
KendatiTHR sudah menjadi budaya dalam masyarakat kita, maka biarlah. Hanya saja, yang tak boleh menjadi budaya terus menerus adalah kekonsumtifan kita. Ini yang terus disasar oleh pada produsen.
Dampaknya, seperti tadi, THR kita kita hanya sesaat. Kemudian kita tertekan setelahnya.
Lalu bagaimana mengatasinya?
Kompasianer Surtan Siahaan membagikannya tipsnya. Dan sebagai gambaran, biasanya perencanan ini meliputi sejumlah hal berikut:
- Pemasukan selama Ramadan (Gaji + THR)
- Daftar belanja/kebutuhan
- Bujet belanja
- Keperluan Lebaran/ibadah
- Dana darurat
Setelah membuat perencanaan seperti di atas, langkah selanjutnya adalah menerapkannya. Banyak orang yang gagal di tahapan ini karena tidak disiplin dan mudah tergoda.