Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Waisak 2018, Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni

Diperbarui: 3 Juni 2018   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com/ika fitriana

Umat Budha di Indonesia merayakan Hari Raya Waisak 2562 BE yang jatuh pada Selasa (29/5/2018). Pada perayaan ini umat Budha mengenang tiga peristiwa suci penyebar ajaran Buddha, Siddhartha Gautama, selama masa hidupnya.

Selain umat Budha, perayaan ini menarik perhatian orang banyak, khususnya umat beragama lain dan turis asing. Mereka ikut khidmat dalam setiap prosesi mengenang peristiwa suci Sidharta Gautama.

Siddhartha Gautama adalah seorang pangeran, anak dari Raja Suddhodhana Gautama yang memerintah dengan adil dan bijak Kerajaan Kapilawastu. Kerajaan ini meliputi Nepal, Bhutan dan daerah Sikh. Kelahirannya sangat istimewa sampai membuat terpesona pertapa Asita yang meramalkan sang bayi akan tumbuh menjadi Buddha Pencerahan yang sempurna, Guru manusia dan para dewa.

Jalan hidup Siddharta sampai mencapai Buddha yang terangkum dalam Hari Raya Waisak begitu menginspirasi banyak orang. Tidak hanya bagi umat Buddha, tapi siapa pun khususnya bagi kita semua.

Ia yang lahir dari keluarga berada, secara sadar mau meninggalkan semuanya untuk mencari kebenaran bagaimana kita lepas dari kefanaan hidup.

Inti dari pencariannya ada pada Sifat Agung Buddha yang utama yakni kebijaksanaan dan cinta kasih yang tertuju kepada semua makhluk.

Umat Buddha dipanggil untuk menyayangi semua makluk, manusia, hewan, tumbuhan dan segala sesuatu di alam semesta ini. Sifat ini mengantar kita pada ketenangan dan kedamaian Buddha.

Itulah mengapa, ajaran Buddha bukan hanya di ucapan, tetapi harus dipraktikkan dalam kehidupan nyata.

Lalu kenapa masih ada penderitaan?

Sejatinya penderitaan bersumber dari nafsu. Orang yang mengumbar napsu duniawi pasti hidupnya akan jauh dari cinta kasih sehingga tidak merasakan kedamaian, ketenangan, dan menderita.

Jangan biarkan napsu menjadikan kita serakah pada harta. Jangan biarkan napsu berkuasa membuat kita enteng lidah untuk menjelek-jelekkan dan membenci orang atau kelompok lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline