Kami akan menceritakan ulang tragedi Mei 1998 dalam beberapa fragmen secara kronologis berdasarkan kesaksian. Kesaksian yang dihimpun dari sejumlah penuturan dan risalah tertulis yang bermodal ingatan.
Tulisan ini sekadar catatan (tentang) sejarah dari jejak-jejaknya yang terserak, lalu kami pungut kembali. Semoga catatan ini mampu menjadi pengingat sekaligus. Semoga.
***
Universitas Trisakti, 12 Mei 1998
Siang itu ribuan mahasiswa melakukan aksi damai di dalam kampus Universitas Trisakti. Perlahan bergerak maju Jalan S. Parman dan hendak menuju DPR. Namun selang berapa lama mahasiswa dihadang.
Mahasiswa dilarang untuk melanjutkan perjalanan. Akhirnya ada negosiasi antara petugas dan mahasiswa. Tawaran itu diterima baik oleh pihak mahasiswa yang kemudian melanjutkan aksinya di depan bekas kantor Wali Kota Jakarta Barat.
Aksi aman dan terkendali hingga sore. Polisi kemudian mamasang police line. Mahasiswa diminta mundur sekitar 15 meter dari garis tersebut. Kembali mahasiswa diperingati untuk kembali ke kampus, karena sudah pukul 5 sore.
Pinta mahasiswa kala itu hanya satu: agar pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dulu. Kapolres dan Dandim menyetujui.
Perlahan mahasiswa bergerak kembali ke kampus, membubarkan diri. Tidak ada apa-apa. Tertib. Kapolres bahkan senang dan mengucapkan terima kasih atas aksi damai tersebut. Hujan turun, cukup deras.
Namun, 15 menit kemudian terdengar suara tembakan dari arah barisan belakang mahasiswa. Mereka berlarian menyelamatkan diri masuk ke gedung kampus. Sedangkan dari luar petugas terus menembaki. Gas air mata bahkan puluhan kali dilempar ke dalam gedung kampus.
Sampai pukul 11 malam situasi kampus tegang. Tembakan, gas air mata dan ketakutan yang luar biasa. Mahasiswa yang mengalami luka dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan yang mendapat luka berat dibawa ke Rumah Sakit Sumber Waras.