Pada 14 Februari lalu terjadi kasus penembakan di kampus Marjory Stoneman Douglas High School. Akibat penembakan tersebut empat belas siswa dan tiga anggota staf terbunuh. Kasus ini menambah daftar aksi pembunuhan di AS dengan menggunakan senjata api. Sebagian masyarakat AS sebenarnya juga sudah cukup gerah akan kebebasan untuk memiliki senjata api dan kerap menggelar unjuk rasa. Namun usaha mereka harus terbentur dengan kepentingan kelompok National Rifle Association (NRA) yang dikenal untuk melindungi hak memiliki senjata.
Selain mengenai seringnya kasus penembakan di AS, artikel pilihan Kompasiana hari ini juga akan mengangkat soal usulan Fadli Zon untuk pinjam Duterte demi berantas narkoba di Indonesia dan opini seputar umrah yang melampaui batas.
Dua artikel terakhir akan membahas soal PSG yang kehilangan ujung tombak dan indahnya bangunan bersejarah di Amsterdam. Berikut, 5 artikel pilihan Kompasiana.
1. Mengapa Peristiwa Penembakan di AS Bisa Sering Terjadi?
Pada 14 Februari lalu terjadi kasus penembakan di kampus Marjory Stoneman Douglas High School. Akibat penembakan tersebut empat belas siswa dan tiga anggota staf terbunuh. Kasus ini menjadi aksi penembakan paling tragis dalam sejarah A.S. Pemerintah kemudian menggunakan momentum ini untuk memperketat kepememilikan senjata. Presiden Amerika, Donalnd Trump, memutuskan untuk menaikkan usia minimal membeli senapan, dari usia 18 tahun menjadi 21 tahun.
2. Fadli Zon Ingin Pinjam Duterte
Pernyataan Fadli Zon di televisi yang menyebut perlu meminjam Rodrigo Duterte, Presiden Filipina untuk memerangi narkoba di Tanah Air dirasa kurang tepat. Kompasianer Edy Supriatna, dalam artikelnya, berpendapat bahwa pernyataan tersebut seolah memberi gambaran bahwa aparat negara tidak bisa berbuat dalam memerangi narkoba. Padahal pengungkapan gembong narkoba oleh pemerintah sudah bukan lagi dalam angka gram, tapi sudah masuk dalam angka berton-ton yang diselundupkan melalui laut.
3. Umrah yang Melampaui Batas, dari Pancasila, "Ya Lal Wathan", hingga Vokal Grup
Beberapa hari lalu kejadian umrah yang dilakukan jamaah Indonesia dengan menyanyikan lagu "Ya Lal Wathan" karangan KH Wahab Chasbullah dan teriakan Pancasila memicu perdebatan. Kompasianer Syahirul Alim menilai, tindakan tersebut merupakan contoh nyata dari sikap "ghuluw" (berlebihan/melampaui batas) dalam beragama. Ia merasa aneh, karena ibadah yang seharusnya diatur "takaran" dan "hitungan"nya malah tampak dilebih-lebihkan.