Penyelenggaraan Harbolnas telah usai, ada yang menyimpan suka maupun duka dari hari paling dinanti para pencari potongan harga di ranah maya tersebut. Kebanyakan mereka yang tak suka dengan perayaan kemarin menganggap bahwa harga telah dinaikkan sebelumnya, sehingga ketika barang telah di beri potongan, perbedaannya tak terlalu mencolok.
Produk-produk barang elektronik selalu menjadi incaran utama para pembeli pada Harbolnas di setiap tahunnya. Gawai seperti ponsel, tablet, dll. kerap menduduki peringkat pertama barang yang paling dicari selama momen ini.
Harbolnas kini telah menjadi agenda wajib setiap tahun. Banyak yang menganggap Harbolnas adalah gebrakan baru dalam transaksi era digital dengan potongan harga yang melimpah namun banyak juga yang skeptis terhadap "hari raya" para pelaku e-commerce ini. Namun ternyata banyak fakta menegangkan dari gelaran Harbolnas tahun ini. Berikut, lima artikel tentang Harbolnas tahun ini.
1. Harbolnas dan Diskon Abal-abal
Banyak diskon yang di anggap abal-abal karena harganya terindikasi dinaikan sebelum diberi diskon, sehingga harga setelah diskon dan harga barang tersebut di tempat lain yang tidak mengikuti Harbolnas tak berbeda jauh. Para pembeli merasa tertipu akan peristiwa ini dan menyalahkan para penjual.
Seharusnya, kritik atas penjualan harbolnas dilayangkan pada pengelola e-commerssebagai inisiator terselenggaranya hari belanja online ini. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, setidaknya pengelola situs memberi standart harga penjualan.
Menggandeng mitra kerja lain juga bermanfaat, setidaknya dapat menekan ongkos pengiriman serta memberi hadiah tambahan bagi para pembeli. Bagaimana cerita selengkapnya? Simak ulasannya pada tautan di bawah ini.
2. Demo 12.12, Demo Harbolnas yang Menggiurkan
Kebanyakan penawaran yang diberikan pada perayaan Harbolnas lalu, didominasi oleh aksesoris tubuh, gawai, serta barang elektronik. Tidak ada promo buku. Barang ini rupanya terlalu mewah untuk masyarakat sehingga kita enggan memebeli dan penjual alergi untuk memberi potongan harga.
Ketertarikan manusia sepertinya berfokus pada benda-benda. Ditengah fakta tersebut, banyak jiwa meronta dan tak kuat melawan arus matrealisme. Diantara mereka ada yang bunuh diri akibat rutinitas yang tak ubah walau telah dilakukan berpuluh-puluh kali.