Media sosial menjadi magnet tersendiri bagi pengguna internet atau netizen. Mereka kerap menggunakan wadah tersebut untuk mencari informasi serta berkomunikasi dengan rekannya yang berada di tempat lain.
Selain komunikasi dan informasi, media sosial merupakan tempat publikasi yang efektif. Banyak netizen yang tenar berkat medsos, seperti Eka Gustiwana dan Justin Bieber dari daratan Eropa, bahkan penyair sekelas Joko Pinurbo dan Eka Kurniawan menggunakan media sosial Twitter sebagai salah satu wadah baginya untuk menuangkan ide.
Eka Kurniawan mengaku bahwa ia kerap menggunakan gawai untuk menulis artikel yang ia publikasikan ke blog pribadinya. Ia mengaku amat terbantu dengan adanya teknologi internet termasuk media sosial untuk menambah informasi sekaligus sebagai bahan tulisannya yang hendak dibukukan.
"Jika ingin menulis mendalam, saya buka lagi blog saya sehingga bisa kembali menulis status di Facebook kita postingitu seperti catatan harian. Saya juga merasa Teitter tempat mencari informasi, info teraktual," katanya ketika hadir sebagai pembicara di acara Kompasianival 2017.
Setali tiga uang dengan Eka, Joko Pinurbo Juga menggunakan Twitter sebagai salah satu cara untuk menyebarkan puisi-puisinya. Sejak tahun 2012 hingga 2014, pria yang kerap disapa Jokpin ini mengaku telah menerbitkan dua buku dari kumpulan cuitannya di twitter.
Namun kini ia vakum membuat puisi di twitter karena banyak cuitannya tersebut yang diplagiasi oleh netizen lain. Bahkan ada yang menggunakan puisinya untuk kepentingan komersil tanpa mencantumkan namanya sebagai penulis.
"Sebelum ke sini saya cek sampel beberapa puisi saya. Saya search di twitter, ternyata banyak dipostingan saya di curi orang tanpa mencantumkan penulisnya. Makanya saya buat buku untuk mengamankan hak cipta. Oleh karena, itu saya mau berenti 'ngetweet' sampe pencuri itu berhenti, baru saya aktif lagi nulis di Twitter," katanya.
Senada dengan Jokpin, karya tulisan Eka sering di salah gunakan. Kebanyakan dari mereka sering menscan karya tulis Eka. Ia juga beranggapan, apa yang sudah di unggah ke ranah media sosial bukan milik publik.
"Buku di cetak itu sudah di publik tapi itu bukan milik semua orang tapi milik penulisnya," tambahnya.
(luk/yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H