Pemblokiran Telegram di Indonesia banyak menuai pro dan kontra. Aplikasi yang didirikan pada tahun 2013 ini, dengan fitur Channel yang dimilikinya, dimanfaatkan oleh ISIS dalam menyebarkan ideologi dan mencari pengikut. CEO Telegram Pavel Durov pun ikut merespon upaya komunikasi pemerintah Indonesia ke Telegram yang sudah dilakukan sejak tahun 2016.
Dari persoalan Telegram sampai berwisata pemandian air panas, berikut headline Kompasiana hari ini.
1. Bagaimana ISIS Memanfaatkan dan Melawan Telegram
Telegram dikenal sebagai salah satu aplikasi percakapan yang memiliki tingkat enkripsi yang bagus. Aplikasi yang diluncurkan pada tahun 2013 ini menggunakan teknologi clouduntuk penyimpanan datanya.
Kompasianer Ronald Wan menceritakan bahwa ISIS menggunakan internet untuk mempropagandakan ideologi yang dimilikinya. Dari Facebook, Twitter, sampai Telegram. Dengan fitur Channel yang dimiliki Telegram, ISIS terus meluncurkan ideologi dan mencari pengikutnya.
Beberapa Channel ISIS, yang promosinya dilarang menggunakan media sosial populer, dirancang agar bisa low profileagar tidak ketahuan. Penyampaian pesan melalui Channel ternyata cukup efektif untuk melakukan propaganda ke pengikut ISIS.
2. Menteri Susi: "Kelautan is Everything!"
Kompasianer Kamaruddin Azis menceritakan pengalamannya bertemu langsung dengan Menteri Susi Pudjiastuti. Azis mengatakan bahwa menteri Susi membeberkan relevansi mengapa sungguh getol mengusir asing di Laut Nusantara.
"There are things beyond that I thought. Kenapa saya hantam di Natuna, sebab itu jalur perdagangan kita yang amat rentan," tutur menteri Susi. Suaranya yang semula meninggi kemudian pelan.
Dia melanjutkan bahwa telah banyak sekali permintaan untuk membuka keran eksploitasi oleh asing di laut untuk usaha perikanan yang dimoratorium. Namun menurutnya, sejauh ini belum akan bisa diberikan kecuali untuk investasi di bidang pengolahan.