Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Ini Anjuran Dokter untuk Penderita Mag yang Ingin Berpuasa

Diperbarui: 7 Juni 2017   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi mag. Alodokter.

Anda punya penyakit mag tapi harus tetap berpuasa? Jika iya, Anda harus membaca salah satu artikel pilihan Kompasiana hari ini.

Artikel ini ditulis oleh Kompasianer yang juga seorang dokter yang menjelaskan kapan waktu yang tepat mengonsumsi obat mag di bulan Ramadan. Selain itu ada juga artikel tentang persekusi juga soal kebijakan baru dari Kementerian Keuangan.

Berikut ini artikel pilihan Kompasiana hari ini.

1. Bulan Puasa, Makan Obat Asam Lambung Sebaiknya Kapan?

Ilustrasi. Alodokter

Bagi Anda para penderita penyakit mag, tentu bulan Ramadan ini menjadi tantangan tersendiri. Anda harus menjaga kondisi asam lambung Anda sambil menahan rasa lapar hingga berbuka. Lantas kapan saat yang tepat untuk minum obat asam lambung di bulan Ramadan ini?

Penulis artikel ini yang juga seorang dokter mengatakan bahwa saat yang tepat untuk minum obat mag adalah dua jam setelah makan sahur. Artinya bagi Anda penderita mag harus rela sahur lebih awal. Pasalnya jika diminum saat kondisi perut penuh, efek anti asam lambungnya akan turun.

Ulasan selengkapnya bisa Anda baca melalui tautan ini.

2. Persekusi, 'Alternatif' Pendidikan Bangsa

Ilustrasi. Waktuku.com

Persekusi tengah menjadi perbicangan. Sebenarnya budaya Indonesia ini jauh dari cerminan tindakan persekusi. Ada kebiasaan yang menggambarkan tradisi santun dan kebersamaan saat memecahkan masalah, yakni musyawarah secara kekeluargaan. Dan persekusi sangat bertolak belakang dengan kebiasaan yang santun ini.

Tindakan persekusi sulit disamakan dengan tabayyun, apalagi jika dilakukan atas dasar balas dendam dan ingin mencari kambing hitam. Walaupun pada prinsipnya ingin mencari kejelasan tentang siapa yang bersalah.

Selengkapnya

3. 3 Jurnalis Peliput Tanah Konflik Ini Berakhir Nyawanya karena Dipenggal

Ilustrasi. Shutterstock

Jurnalis adalah profesi yang juga memiliki risiko tinggi. Apalagi jika jurnalis tersebut ditempatkan di daerah konflik atau perang. Setidaknya penulis artikel ini mencatat ada tiga jurnalis yang tewas di medan perang dan kisahnya dibukukan.

Pertama adalah Daniel Pearl, jurnalis The Wallstreet Journal yang menghilang pada 2003 silam. Kemudian ada juga Kenji Goto, jurnalis asal Jepang ini tewas di tangan ISIS pada 2015 lalu. Ada pula James Foley, jurnalis asal Amerika Serikat yang diculik saat meliput perang saudara di Suriah 2012 lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline