Perkembangan bisnis online memang sangat pesat saat ini. Internet yang sudah dapat diakses hampir seluruh orang di dunia hingga ke pelosok ini telah memudahkan kita untuk mencari informasi sampai sedetil-detilnya.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, mengakses internet kini tidak berhenti sampai sekadar “mencari informasi”, tetapi sudah berkembang menjadi layanan services. Contohnya seperti yang sudah dilakukan oleh Go-jek dengan layanan membelikan makanan untuk customer (Go-food).
Dengan bantuan teknologi, aktivitas sehari-hari pun semakin mudah, termasuk berbelanja. Saat ini ada ratusan perusahaan rintisan berbasis belanja online yang menyediakan jasa dengan berbagai promosi. Pengguna internet tinggal memilih jasa layanan belanja online mana yang ingin ia gunakan, tentu berdasarkan atribusi yang diberikan perusahaan e-commerce tersebut seperti persaingan harga, layanan, keamanan, dll.
Semakin besar ekosistem e-commerce di Indonesia, penggunanya pun semakin luas dan loyal. Selayaknya peribahasa "semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin yang menerpa" ini juga berlaku bagi para pelaku bisnis e-commerce. Beragam tantangan harus dihadapi demi menjaga kestabilan perusahaan yang bermuara dari kepuasan konsumen.
Tantangan e-commerce Indonesia
Untuk mencapai cita-cita yang diharapkan, tentu ada tantangan untuk pelaku e-commerce di Indonesia. Menurut Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA), Aulia E. Marinto, dalam penyelenggaraan Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2017, menyatakan bahwa beberapa tantangan utama e-commerce antara lain adalah keamanan transaksi online, logistik, dan lain-lain. Namun, tantangan mendasar yang harus dihadapi adalah diperlukannya sinkronisasi effort yang harus diupayakan seluruh industri dan para pelaku e-commerce agar tercapai hasil yang maksimal.
Aulia juga optimistis dengan melihat prospek dan kesempatan yang sangat besar ini, tidak mustahil Indonesia nantinya akan menjadi the next Cina atau India dalam dunia e-commerce.
Namun di balik beberapa rencana hebat yang digaungkan oleh e-commerce di Indonesia, tentu beberapa di antaranya telah menemukan hambatan. Masalah yang sering terjadi adalah jebolnya sistem keamanan untuk transaksi online.
Beberapa contoh mengenai bobolnya sistem keamanan e-commerce adalah yang terjadi pada Lazada pada tahun 2016 kemarin. Diberitakan sebelumnya bahwa seorang pemuda bernama Tri Kurniawan Darmoko mengaku telah rugi jutaan rupiah oleh transaksi yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab.
Menurut Tri, ia sudah setahunan mengaku tidak pernah berbelanja di Lazada. Namun, tiba-tiba saja akunnya dipakai untuk bertransaksi dan alamat emailnya sudah berubah.
Setelah ada kejadian ini, Lazada mengonfirmasi bahwa ia telah memperkuat keamanan dengan menggunakan fitur verifikasi 3DS untuk semua pemesanan yang memakai kartu kredit. Fitur ini memungkinkan verifikasi dua tahap untuk semua order. Apabila aku seseorang telah diambil alih, pelaku tidak bisa melanjutkan pemesanan.