Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun ini dilakukan serempak dengan menggunakan sistem berbasis komputer. Dengan inovasi ini, diharapkan kebocoran soal UN akan berkurang. Namun, terobosan dari Mendikbud Muhadjir Effendy ini tetap membuahkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.
1. Setelah UN Harga Mati, 'Memilih Mata Pelajaran Sendiri' Muncul sebagai Solusi
Kompasianer Achmad Saifullah Syahid memandang UN seperti "harga mati". Menurutnya, pelaksanaan UN yang dilakukan Mendikbud sudah tidak dapat diganggu gugat lagi, sehingga perbaikan demi perbaikan terus menjadi agenda utama.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tahun 2017 ini hanya ada empat mapel yang diujikan, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan satu mapel pilihan sesuai jurusan.
Yang disayangkan dari keputusan ini adalah terkesan tambal sulam dan terburu-buru akrena diputuskan beberapa bulan menjelang UN dilaksanakan. Keputusan ini tidak terintegrasi dengan model dan sistem belajar yang sudah dijalani selama tiga tahun. Akan berbeda bila sejak di tahun pertama siswa bisa fokus pada salah satu mapel yang diminatinya.
"Alih-alih melakukan kajian, riset, penelitian, simulasi tentang model belajar yang mendalam dan meluas, Mendikbud langsung tancap gas dengan keputusan yang diambilnya." ujar Achmad. Baca selengkapnya di sini.
2. 6 Catatan Pelaksanaan UNBK 2017
Setiap tahunnya, pelaksanaan UN memang terus menjadi sorotan banyak orang. Kompasianer Totok Triyadi memberi beberapa catatan penting untuk pelaksanaan UNBK 2017.
Pertama infrastruktur komputer yang memadai. Sebaiknya program penambahan komputer di tiap sekolah harus dipenuhi oleh sekolah itu sendiri, bukan "menumpang" pada sekolah lain. Selain itu sistem keamanan jaringan juga harus diperhatikan agar tidak ada kebocoran soal.
Selanjutnya, hal-hal mendasar seperti pengawas, teknisi, dan peserta harus mampu mengetahui sistem dan teknis pelaksanaan UNBK dengan lengkap agar tidak terjadi kesalahan, seperti salah pengisian data. Artikel selengkapnya di sini.