Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Ibu Purwanti, Melawan Kanker dan Menyayangi dengan Rasa Sakit

Diperbarui: 26 Februari 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosok Ibu Pur (lingkaran merah) yang menderta kanker payudara. Dok. SOS Children's Village

Jakarta - Anastasia Sri Wahyuni Purwanti atau Ibu Pur, begitu ia disapa. Fisiknya tidak lagi muda, usia setengah abad telah dilampauinya. Terlihat dari luar, badannya semakin renta dimakan usia juga penyakit yang diderita. Tapi semangatnya untuk merawat dan mengasihi anak-anak bisa mengalahkan segalanya.

Wanita kelahiran Muntilan, 15 April 58 tahun silam ini telah mendedikasikan hampir seluruh hidupnya untuk anak-anak. Bukan anak yang ia kandung dan lahirkan dari rahimnya, tapi anak-anak orang lain yang tidak mendapat kasih sayang sempurna dari ibu kandung mereka. Dan kemudian, Purwanti lah yang menyempurnakannya.

Purwanti telah menjadi ibu asuh di SOS Children's Village Jakarta sejak ia masih belia. Memang meski masih belia, usia tidak membatas bagi seorang wanita untuk memberi kasih sayang layaknya seorang ibu pada anak-anaknya. Kala itu anak yang diasuhnya berada di rumah Hermann Gmeiner hanya berjumlah empat orang yang merupakan anak-anak pertama Village Cibubur.

Hari demi hari ia lewat bersama anak asuhnya. Bermain selayaknya sahabat, menjaga selayaknya saudara, dan mengasihi selayaknya ibu kandung. Namun pada 2004, kabar menyakitkan menimpa dirinya. Ia diketahui mengidap kanker. Hasil diagnosis menyatakan sel kanker tumbuh di payudaranya.

Buatnya, ini adalah sebuah pukulan telak. Bagaimana tidak, sebuah penyakit berbahaya ternyata tumbuh dalam tubuhnya. Pengobatan rutin pun mau tidak mau harus ia jalani demi menghambat pertumbuhan sel kanker di badannya. Namun, di sela rasa sakit yang ia derita, ia tetap menunaikan tanggungjawabnya sebagai seorang ibu.

Semua tugas tetap ia jalani, mengasuh, menjaga, menyayangi. Tidak peduli seberapa besar rasa sakit yang menyerangnya, ia tetap menjalani hari-harinya dengan segala kemampuan dan keterbatasan. Dukungan anak-anak asuhnya menjadi sumber semangat yang tidak ada batas dan habisnya. Hingga pada 2005 lalu dokter memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan payudara.

Berkat keteguhan hati untuk sembuh dan rasa cinta yang lebih besar dari sakitnya, operasinya dinyatakan berhasil. Ibu Pur pun tidak ingin berpisah dari anak-anaknya, saat pemulihan pun ia terus berusaha menjadi ibu yang baik dengan tetap merawat anak asuhnya.

Meski operasi pengangkatan payudaranya berhasil tapi sel kanker terus tumbuh di tubuhnya. Kanker ini terus menggerus dan menggerogoti fisiknya dengan perlahan. Hingga selama 10 tahun ia harus keluar masuk rumah sakit demi menghambat pertumbuhan sel kanker ini.

"Saya ingin meninggal di tengah anak-anak yang saya cintai,"

Kemoterapi menjadi makanannya sehari-hari. Rambutnya kian berkurang hingga menghadapi kebotakan karena efek obat yang dikonsumsinya. Tubuhnya yang dulu kuat kini terlihat kurus, matanya yang cerah kini terlihat sayu, meski begitu kasih sayang seorang ibu terus memancar dari dalam dirinya.

Pada 2012 lalu karena kondisi fisik yang terus menurun ia kemudian dipindahkan ke rumah bunda SOS Children's Village Jakarta untuk menjalani pemulihan. Semua tanggung jawabnya diambil alih oleh ibu pengganti.

"Saya ingin meninggal di tengah anak-anak yang saya cintai," ungkapnya ketika itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline