Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana News

TERVERIFIKASI

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Berbeda dengan Indonesia, Punya Mobil Pribadi Bukan Hal Istimewa di Australia

Diperbarui: 5 Februari 2017   17:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Banglanewspaper.net

Di Indonesia, memiliki kendaraan roda empat adalah sebuah bentuk kemewahan. Tak sedikit orang yang menganggap demikian sehingga banyak orang yang menjadikan kepemilikan mobil adalah sebuah syarat untuk mengikuti gaya hidup. Namun berbeda kondisinya dengan Australia. Di sana memiliki mobil pribadi bukanlah sesuatu yang membanggakan.

Selain artikel tersebut ada juga ulasan soal Stadion Pakansari di Bogor yang masuk dalam salah satu stadion terbaik dunia.

Semua artikel ini terangkum dalam headline pilihan hari ini.

1. Di Australia, Punya Mobil Pribadi Bukanlah Sebuah Prestise

Ilustrasi. ABC Australia

Punya mobil pribadi di Indonesia juga secara tidak langsung menaikan status seseorang. Termasuk orang lebih suka pacaran dengan sosok yang memiliki mobil pribadi ketimbang pacaran dengan yang naik motor, apalagi naik sepeda.

Di Australia, tukang pel lantai pun punya mobil. Boleh dikatakan setiap orang punya mobil pribadi. Bukan lantaran hidup mereka semuanya berkecukupan, tapi terlebih karena mobil merupakan kebutuhan vital dalam hidup. Memang ada bus umum, tapi jalurnya tertentu dan operasi pada jam-jam tertentu.

Bahkan mobil diparkir di laman rumah pun tidak akan ada yang mau mencuri, karena kalau sudah dicuri tidak akan ada yang mau membeli. Di Australia tidak ada orang yang tidak waras mau beli mobil curian, karena pasti akan tertangkap.

Selengkapnya 

2. Transportasi Daring (Online) yang Semakin Pilah-pilih Penumpang

Ilustrasi transportasi online. Kompas Tekno

Awalnya transportasi daring merupakan alternatif paling murah dan efisien untuk mengantar penumpang dibanding moda transportasi umum lain baik resmi (taksi) maupun tak resmi (ojek, taksi gelap seperti di bandara) dengan daya jangkau cukup luas.

Namun lama kelamaan, pengemudi baik roda dua maupun roda empat semakin pintar dan selektif memilih pelanggan. Walau sebagian aplikasi melarang pengemudi memiliki lebih dari satu aplikasi, nyatanya mereka bisa memiliki dua atau lebih aplikasi sekaligus dengan nomor ponsel (dan kadang nama) berbeda.

Mengenai tujuanpun, pengemudi sekarang bisa memilih konsumen yang tujuannya tidak terlalu jauh atau jalan yang ditempuh relatif lancar, tidak terlalu macet atau padat. Walau recehan, asal sering jarak pendek lebih menguntungkan ketimbang jarak sedang atau jauh (terutama roda dua) karena biar kata tarifnya mahal, mereka takut di tempat tujuan dapat konsumen ke arah tujuan yang lebih jauh lagi.

Keberadaan transportasi daring atau ojek online ternyata tidak selalu menguntungkan buat konsumen. Murah belum tentu mudah diperoleh. Malah transportasi konvensional (taksi atau ojek pangkalan) lebih fleksibel dan bersedia mengantar kemana saja, tentu dengan tarif yang jauh lebih mahal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline