Lihat ke Halaman Asli

LuhPutu Udayati

ora et labora

Pendar Cahaya di Atas Langit Puputan

Diperbarui: 3 Januari 2019   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi, Pixabay

Tak ada peristiwa yang sungguh sempurna di hidup ini, kecuali kenangan. Karena ia tak akan pernah lagi menemui kita. Selesai, ketika ia sudah tautkan pada hati terdalam kita. Sempurna pada waktunya.

Kalimat puitis itu masih lekat di meja kerjaku. Sengaja kubuatkan dengan tulisan tangan sebagai perayaan hati. Karena sebenarnyalah, perayaan apapun tidak melulu tentang rasa bahagia.

Dua tahun perjalanan dengan Ben ternyata sebuah perjalanan yang tak berjejak, padahal, dia yang selalu mengekalkan perasaan bahagia, entah pagi, entah siang, juga malam dalam setiap  keseharianku.

 Perhatian yang tak pernah berhenti membuat rasaku jadi hambar, sehingga aku sering meremehkannya dan tak lagi menjadi terasa istimewa. Sayangnya, semua terlambat kusadari, ketika semuanya sudah disebut kenangan. Akh!

"Sudah sarapan, sayang?"

"Jangan suka telat makan siang, ya, nanti sakit lagi" huff..

Masih banyak lagi hal-hal kecil, tapi tidak pernah terlintas bahwa itu akan kusebut kenangan. Aku terlalu yakin bahwa dia sangat membutuhkan aku, dan tak akan berani meninggalkanku.

***

Aku baru saja merebahkan badan di kusi panjang depan TV, saat kudengar bel rumah berbunyi. pekerjaan di kantor lumayan menguras energi. Dengan malas kutarik badanku.

Kubuka pintu yang mulai berderit termakan usia.

"Mbaak..." Dwita sontak memelukku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline