Mana lebih susah diberitahu: orang yang sedang bucin-bucinnya ke pasangan atau bau badang seseorang?
Kalau untuk yang pertama mungkin kita pernah sama-sama merasakan, bahwa dunia serasa milik berdua dan oranglain ngontrak saja.
Namun, untuk yang kedua ini cukup berat. Pasalnya, orang yang memiliki bau di badan terkadang tidak sadar bahwa dirinya adalah sumber aroma tak sedap.
Diberitahu, takut marah lalu tersinggung. Dibiarkan, tapi orang-orang sekitarnya yang tidak nyaman.
Apakah Kompasianer kenal dengan orang-orang seperti itu? Kira-kira kenapa, ya? Padahal, kah, ada solusi singkat dengan menggunakan parfum, misalnya.
Pun kini sudah banyak sekali parfum-parfum lokal yang bermunculan. Tentu dengan varian wewangian hingga harga yang beragam. Hal tersebut menjadi bukti kalau minat masyarakat atas parfum-parfum lokal semakin meningkat.
Selain itu, Indonesia juga kaya akan sumber wewangian alami dari beragam jenis tanaman, yang mana jadi bahan parfum itu sendiri dari minyak asiri (essential oil) hingga minyak sintetis.
Maka tidak heran jika bisnis parfum juga semakin diminati dan memiliki prospek yang menjanjikan.
Bagaimana tanggapan Kompasiner terkait maraknya industri parfum lokal di Indonesia? Apakah bisnis ini bisa terus berkembang seiring perilaku konsumsi masyarakat yang majemuk?
Apakah ada parfum andalan Kompasinaer? Jenis parfum seperti apa yang bisa menggambarkan kepribadian Kompasianer?