Apakah Kompasianer terbuka mengenai kondisi keuangan kepada pasangan bahkan sebelum menikah? Apakah Kompasianer telah merencanakan membeli aset bersama ketika pacaran? Berapa rupiah uang yang ditabung setiap bulannya?
Belum lama ini warganet banyak membincangkan tentang tabungan bersama saat masih pacaran. Terjadi pro dan kontra: bagaimana jika pasangan tersebut putus? Bagaimana cara mengembalikan investasi yang telah diangsur?
Ini memang bukan fenomena baru. Nabung bareng adalah praktik yang dilakukan banyak pasangan. Ada yang berhasil, tapi tidak sedikit juga yang gagal.
Alhasil, jadi rumit mengatur harta "gono-gini". Apalagi jika pasangan tersebut tidak tertib mencatat sumber uang yang ditabung. Tidak jelas berapa uang milik laki-laki, berapa yang jadi milik perempuan. Bahkan ada yang berujung konflik dan sengketa.
Menurut Kompasianer, adakah manfaat membuat tabungan bareng dengan pacar? Jika, iya, bagaimana memulainya? Hal apa saja yang mesti diperhatikan agar bisa berjalan mulus sesuai tujuan? Apa bentuk tabungannya? Logam mulia, rumah, atau rekening bersama?
Dari sisi orangtua, bagaimana melihat jika ternyata anak membuka tabungan masa depan bersama pasangan? Apakah Kompasianer setuju? Apalagi kalau uang tersebut masih pemberian orangtua.
Atau, justru ada Kompasianer yang punya trust issue dengan pasangan, sehingga cukup menabung masing-masing saja?
Kompasianer yang pengalaman serupa, coba dong ceritakan di Kompasianadengan menambahkan label Nabung Bareng Pacar (menggunakan spasi) pada setiap konten yang dibuat.
Tapi ya, yang utama sebelum punya tabungan bersama adalah punya pacar dulu. Gitu lho, Mblo~