Kompasianer, tahukah kamu bahwa masih ada penduduk Indonesia yang buta huruf/aksara? Padahal semua aktivitas kita saat ini membutuhkan keterampilan membaca, mulai dari berkendara hingga mengoperasikan ponsel.
Fenomena ini bahkan terjadi pula di DKI Jakarta yang notabene adalah Ibu Kota negara. Dikutip dari KOMPAS.ID, tercatat ada 64.556 (atau hampir 1 persen) penduduk DKI berusia 15 tahun ke atas yang buta huruf atau aksara.
Ironisnya, UNESCO sendiri sebenarnya telah menetapkan Jakarta sebagai kota sastra.
Kabar baiknya, sesungguhnya Indonesia telah berhasil menurunkan angka buta aksara dari yang tadinya 4,63 persen pada tahun 2011 menjadi 1,78 persen pada tahun 2019.
Akan tetapi, tetap saja situasi Indonesia bebas dari buta huruf/aksara adalah impian kita semua.
Kompasianer, kira-kira apa ya penyebab masih adanya penduduk yang buta huruf/aksara? Apakah ada yang mengalami fenomena ini di sekitar tempat tinggal Kompasianer?
Faktor apa yang menjadi penyebab? Apa karena rendahnya minat baca, minimnya stimulasi untuk mulai membaca, lokasi tempat tinggal yang jauh dari akses pendidikan, dan faktor ekonomi? Atau adakah faktor lainnya?
Langkah apa yang sudah dilakukan oleh warga di sekitarmu? Misalnya dengan membuka kelas baca tulis di tingkat RT, menyelenggarakan hari dongeng, membangun perpustakaan umum, dan lainnya?
Bagaimana cara membangun minat anak untuk belajar membaca dan memupuk kecintaan terhadap buku? Silakan tambahkan label Buta Huruf (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H