Tidak hanya aspek kesehatan, finansial, dan pendidikan, setiap manusia pada dasarnya membutuhkan kanal untuk menyalurkan bakat/hobi yang ia gemari dan perlu dikembangkan.
Bakat public speaking, misalnya. Dapat diasah dengan mengikuti organisasi, membuat konten Youtube, sampai berkarier menjadi pejabat publik. Demikian pula hobi berkebun, olahraga, traveling, dapat dilakukan dengan beraktivitas outdoor.
Sayangnya perempuan kerap masih mengalami keterbatasan saat ingin mengekspresikan dirinya.
Imbauan untuk tidak keluar malam, menghindari aktivitas outdoor karena dinilai "kurang aman/tidak cocok untuk perempuan", dan anggapan-anggapan serupa kerap menjadi pagar yang membatasi perempuan melakukan hobi yang digemari.
Bahkan ketika melakukan hobi yang "sangat perempuan" seperti berdandan pun, perempuan tak lepas dari stigma centil, genit, dan "fake".
Padahal, mengekspresikan diri dengan melakukan hal yang digemari amatlah diperlukan untuk meregulasi stres, pengembangan diri, dan bahkan bisa menjadi alternatif pendapatan.
Kompasianer, apa hobi atau aktivitas kegemaranmu? Bagaimana pendapatmu mengenai cara perempuan mengekspresikan dirinya? Apa saja hambatan yang dihadapi? Apa yang lantas dilakukan ketika aktivitas yang disukai terbentur dengan hambatan-hambatan tersebut?
Siapa yang sebenarnya perlu membenahi ruang yang lebih aman bagi perempuan beraktivitas?
Bagikan opini kamu terkait hal ini di Kompasiana dengan label Hobi Perempuan (menggunakan spasi) pada tiap konten yang dibuat.
*) Di Bulan April ini, kamu berkesempatan buat mendapatkan K-Reward+ buat setiap artikel Topil yang kamu tayangkan, lho! Mau supaya keterbacaanmu banyak? Yuk latihan membuat konten yang ramah SEO.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H