Pukul 12.00 WIB selepas menghadiri acara di Universitas Mathla'ul Awal, Pandeglang, Banten, pada Kamis (10/10/2019) Menko Polhukam Wiranto ditusuk orang tak dikenal. Kabar ini, tentu saja mengundang ragam reaksi dari warganet. Selain ucapan duka, tak sedikit pula yang membuat lelucon dan menafsirbebaskan peristiwa tersebut.
Akun @T*****A, misalnya, menyebut insiden yang menimpa mantan Panglima ABRI itu menambah beban defisit BPJS.
Ada pula istri seorang aparat yang mengunggah postingan dengan menganggap peristiwa ini terlalu dibesar-besarkan. Status unggahannya di media sosial ini, berakibat pada berakhirnya karier dan ditahannya sang suami.
Tak hanya warga, bahkan figur publik juga ramai beropini bahwa peristiwa ini tak lebih dari rekayasa, sarat hoaks, dan opini lain yang serupa. Asumsi tersebut didasarkan antara lain pada baiknya kualitas video yang seolah sudah disiapkan dan minimnya penjagaan terhadap Wiranto pada saat insiden tersebut terjadi.
Terhadap respons yang muncul di antara warganet, Polisi pun membantah. "Tidak mungkin ada pihak-pihak yang melakukan rekayasa terhadap hal tersebut," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Dedi Prasetyo.
Selain itu, Polisi menolak bahwa terjadi kecolongan. Pihaknya memastikan pengamanan terhadap Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto sudah sesuai prosedur.
Reaksi warganet yang penuh spekulasi dengan penggunaan bahasa yang tak simpatik ini pun mengundang respons balik dari warganet lainnya. Terlepas dari kinerja pemerintah yang memang sarat kritik belakangan ini, ada reputasi dan isu keamanan negara yang seharusnya dapat membuat orang lain bersimpati atas insiden ini.
Kompasianer, bagaimana Opini Anda menanggapi ramainya prediksi, opini, dan asumsi warganet atas insiden ini? Apakah respons ini warganet ini sudah melebihi batas? Atau justru sebagai bentuk katarsis ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah?
Bagikan opini Anda di Kompasiana dengan menyematkan label Penusukan Wiranto (menggunakan spasi) pada tiap artikelnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H