Kami memang tidak mampu menggelar pesta ulang tahun untuk "rumah warga" ini di umurnya yang telah memasuki tahun yang ke delapan. Tapi, dari segala keterbatasan kami, Kompasianer diajak untuk membuka kembali memori ke 8 tahun belakang, mengingat kembali bagaimana proses rumah para jurnalis warga ini merangkak, hingga mampu mengaum di bawah payung kebebasan berpendapat. Tempat ini yang kami paling anggap sebagai bentuk edukasi terhadap kondisi sosial.
Selama satu bulan kami mengajak Kompasianer untuk membagikan kembali foto-foto lama hingga yang terkini untuk memberikan cerita kepada Kompasianer lain yang belum sempat merasakan momen-momen berharga Anda bersama Kompasiana. Kompetisi ini hanya bersifat fun, bukan hanya terpaku dari penilaian aspek fotografi, komposisi dan estetika foto. Tapi kami mengajak Kompasianer untuk menceritakan kembali bagaimana momen berkesan tersebut bisa hadir di kehidupan Kompasianer selama beraktivitas Kompasiana.
Tak hanya itu, kami juga mengajak Kompasianer untuk membuat sebuah video ucapan selamat kepada Kompasiana yang telah berusia 8 tahun ini. Setelah melewati proses seleksi, berikut beberapa Kompasianer yang telah berhasil menghadirkan momen tersebut kembali di penghujung tahun ini.
Photo Competition: Voucher Hotel
Sesi Meet and Greet di MotoGP Sepang nggak pernah gw lewatkan... karena di sesi ini gw bisa ketemu rider dan minta tanda tangannya walau prosesnya butuh perjuangan... gw selalu bawa kaos Kompasiana buat ditandatangani para rider MotoGP... bangga aja gitu kaos Kompasiana ditandatangani mereka... kenapa kaos Kompasiana? Karena kepergian gw nonton MotoGP di Sepang lebih terasa feelnya setelah gw tulis di Kompasiana... dan kaos Kompasiana ber tanda tangan rider MotoGP ini adalah cerminan 2 hal yang gw cintai.. yaitu MotoGP dan Kompasiana...
Angtekkhun1
Di 'miau baru', kecamatan kong beng; di pelosok kutai timur, di perkampungan suku dayak di pedalaman kalimantan timur ini, saya berjumpa danau bening bernama ketulusan. tanpa kata, tanpa kalimat. Wajah anak-anak suku dayak kayan ini menerbangkan saya pulang ke masa kanak. bibir malu khas anak-anak 'kampung', bak kembang putri malu. lirikan ekor mata, selalu lenyap dalam paling wajah kikuk. Di sini kami mencoba berbagi. melalui sapa, dan tatap mata, dan lirik lagu anak-anak yang mereka nyanyikan dalam lantun bisik. dan saat berbagi biskuit, dibutuhkan percakapan untuk menggerakkan tangan mereka untuk mencomot. Kata orang, bahagia itu sederhana. kata saya, malaikat itu sederhana. tanpa helai sayap dan derai baju satin. ia tak turun dari atas. kau cukup tertegun menatap bola mata kanak mereka. di sana ada danau, dan malaikat yang rindu kautemui, menyembul dari beningnya. Terima kasih #kompasiana @kompasianacom telah mengantar saya hingga ke sini 😍
Tehokti
Ada pepatah Cina yang mengatakan: "Jangan memberi ikan jika kita ingin mereka bisa makan untuk besok dan seterusnya, tapi beri kail dan ajari mereka cara mendapatkan ikan, supaya mereka bisa menggunakan untuk keperluan hidup mereka seterusnya..." Itu yang saya rasa setelah bergabung di Kompasiana dan menjadi Kompasianer meski menulis masih tersendat-sendat. Netbuk dan hape ini, adalah "Kail" pemberian dari Kompasiana atas penghargaan terhadap pencapaian saya selama ini. Alhamdulillah, bersyukur dan bahagia tiada tara pastinya. Buat kami kedua barang ini termasuk barang mewah dan sangat bermanfaat. Saya bisa lebih produktif, bisa terus mengasah kemampuan diri dan karenanya banyak bonus yang bisa saya raih. Bukan hanya materi, tapi juga ilmu dan pertemanan. Berkat menulis di @kompasianacom saya bisa menjadi saya sekarang ini. Mungkin siapalah saya, tidak ada artinya, tapi bagi saya pribadi, semua proses ini adalah pelajaran hidup yang tidak bisa didapat dari sekolah manapun!
Selamat ulang tahun Kompasiana... #8tahunkompasiana
Rahabganendra