Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

TERVERIFIKASI

Akun Resmi

[Tutorial] Membentuk Larik-larik Puisi

Diperbarui: 24 Desember 2018   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: menulis puisi | pixabay.com

Puisi memiliki bentuknya sendiri di dunia kesusteraan. Berbeda dengan cerpen ataupun prosa, yang menuntut kekuatan karakter, latar dan alur yang jelas. Jika diibaratkan dengan seorang yang berlari, maka puisi bisa berlari dengan satu kaki.

Namun, kadang yang menjadi perdebatan adalah: "apa beda puisi dengan berita?" Jawaban sederhana untuk itu tentu wujudnya. Berita tidak ditulis dengan larik; satuan baris.

Najwa Shihab pernah berkelakar saat menjadi moderator untuk Sapardi dan Joko Pinurbo di Asian Literally Festival, "Oh, itu sudah titik. Saya kira masih ada lanjutannya. Penyair memang begitu, ya, suka-suka sekali menaruh tanda titik,". Kelakar itu Najwa tunjukan pada Joko Pinurbo.

Dengan bentuk Kompasiana yang satu tahun belakangan ini sudah memiliki wajah baru dan mengalami beberapa perubahan pada dasbor, sedikit-kurangnya mengubah juga "pola" menulis. Perubahan itu jelas terlihat pada saat mengunggah gambar, dan yang paling kentara: membentuk larik-larik ketika menulis puisi.

Layaknya logika perubahan, semua mesti diterima dengan cara yang baik. Sebab perubahan akan berbanding lurus ke arah yang lebih baik. Dan, bila kembali pada membentuk larik --supaya jelas yang ditulis itu adalah puisi, bukan berita-- pada dasbor Kompasiana, berikut kami berikan sedikit tutorialnya berdasarkan "pola" menulis di Kompasiana:

1. Bila Langsung Menulis di Dasbor Kompasiana dengan PC Komputer

Saat Kompasianer menuliskan puisi, pada akhir larik, bisa tekan tombol Shift + Enter bersama. Itu berfungsi untuk merapatkan antar larik satu dengan larik selanjutnya. Seperti pada contoh ini:

Sampai di ujung larik, tekan tombol Shift + Enter bersamaan

Setelah itu, Kompasianer bisa melanjutkan larik berikutnya dengan langkah yang sama hingga puisi selesai.

Bait puisi yang sudah jadi dengan jarak antar larik yang rapat

Perlu diingat juga, berikan jeda satu spasi diakhir larik --baik itu setelah tanda baca atau tidak-- guna memberi jarak ketika hasil puisi setelah ditayangkan; tidak saling merapat antar larik. Lihat contoh berikut:

Contoh bila pada akhir larik tidak diberikan jarak satu spasi

Pada kata "sederhana:" dan "dengan"; "diucapkan" dan "kayu" di bait puisi itu akan terlihat rapat. Padahal, yang sebenarnya adalah kedua kata itu sudah berbeda larik. Hasilnya akan berbeda jika memberika jarak satu spasi. Bila dilihat dari laman fiksiana.kompasiana.com atau jika puisi itu dibagikan di sosial media akan seperti ini:

Bila pada akhir larik sudah diberikan satu spasi.

2. Bila Langsung Menulis di Laman Dasbor Kompasiana dengan Mobile/smartphone

Untuk Kompasianer yang ingin menulis langsung di mobile/smartphone, Dasbor Kompasiana masih belum memungkinkan membentuk larik jadi merapat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline