Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

TERVERIFIKASI

Akun Resmi

Kilau Emas Papua dan "Tangan Panjang" Kontrak Freeport

Diperbarui: 17 Januari 2016   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KOMPAS/AGUS SUSANTO Jalan menuju kegiatan operasi pertambangan bawah tanah PT Freeport Indonesia di Timika, Papua, beberapa waktu lalu."][/caption]Kisah "gunung emas" di Papua belum jua usai. Kemilaunya tak hanya menyoal kerukan bijih tembaga, emas dan perak yang dilansir hingga penjuru dunia.

Geliatnya tak sekadar terpatri pada eksplorasi kekayaan yang tersimpan di punggung tanah Papua, tetapi juga mengundang kisah sarat kuasa dan politik yang sempat menggema. Renegosiasi hingga pundi-pundi kontrak kini memilin batas-batas revisi.

Berikut ini tujuh limpahan opini Kompasianer yang mengulas perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia:

1. Cerita Sedikit Soal Multinasional
Mari mengenal yang dimaksud dengan multinasional. Belakangan ini mata telinga emosi tercurah melihat permainan saham divestasi Freeport. 

Webe memulai dengan analogi bahwa ia bermula dari bukan apa-apa. Berubah jadi telur, menetas dan jadilah ia memiliki hidup individu sebagai seekor anak ayam. Kehidupan tak hanya memberinya kaki yang mampu berjalan dan menjelajah bumi mencari makan, tetapi juga memberi pengetahuan baru tentang segala sesuatu yang berbeda dan maha luas seperti tak berbatas.

Ayam itu bernama Multinasional. Ia menyeberangi tepi batas disiplin ilmu semudah menyeberangi tapal batas kandang (baca: nasional). Persoalan yang sesungguhnya bahwa orang-orang yang mengelola Multinasional (global corporations) adalah orang pertama dalam sejarah yang memiliki organisasi, teknologi, uang, dan ideologi untuk mencoba mengelola dunia sebagai satu kesatuan terpadu.

[caption caption="KOMPAS/B JOSIE SUSILO HARDIANTO Areal tambang terbuka PT Freeport Indonesia di Grasberg, Timika, Papua, tampak sepi, Kamis (24/11/2011). Manajemen PT Freeport Indonesia menghentikan aktivitas produksi menyusul aksi penjarahan dan perusakan pipa konsentrat yang terjadi sejak akhir Oktober hingga pertengahan November ini."]

[/caption]

2. “Proyek Centeng” dan Politik Pecah Belah Freeport
Menyikapi pembocoran transkrip rekaman pembicaraan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Setya Novanto (SN) dengan CEO PT Freeport Indonesia (PTFI), menurut Muhammad Ridwan, Bangsa Indonesia harus hati-hati. 

Tampaknya PTFI sedang menjalankan politik “memecah ombak”. Di sinilah Bangsa Indonesia harus “awas” dan “waspada”. Jangan sampai terjebak dengan politik “pecah belah” PTFI. Pihak eksekutif dan legislatif harus tetap bersatu, jangan terpecah konsentrasinya menyikapi rencana perpanjangan KK PTFI.

3. #3 Freport… Apa Bikin Repot?
Kompasianer dengan akun Indonesianist yang pernah meniti bidang ilmu teknik pertambangan dan  bergelut di dunia tambang ini tidak ingin memfokuskan pada kasus “ngemis saham” yang sempat hangat dan mengemuka. Tapi, lebih ke arah  wawasan terkait Freeport dan rangkaian peristiwa penting di republik ini dan berujung pada saran yang ditujukan bagi pemerintah terkait penanganan Kontrak Karya Freeport ke depan.

Dengan semakin dekatnya akhir dari Kontrak Karya Freeport 2021, pemerintah mengambil langkah yang tepat dan bijaksana mengenai urusan ini. Jika berpikir idealis, ya akhiri saja lalu kelola sendiri. Tapi kita juga harus realistis, apakah benar-benar siap mengelola Freeport, apalagi jika pengelolanya BUMN. Coba tinjau dulu, ada tidak pengalaman masa lalu yang bisa dijadikan pelajaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline