[caption caption="Kompasiana"][/caption]
Menjelang 17 Agustus 2015, warga Indonesia dari Sabang sampai Merauke, bahkan yang berada di luar negeri sangat antusias dalam menyambut HUT ke-70 RI. Di beberapa daerah, euforia kemerdekaan pun masih berlangsung meskipun 17 Agustus telah berlalu. Dalam topik pilihan “Meriahnya HUT ke-70 RI”, para kompasianer berbagi cerita kemeriahan dan harapan peringatan HUT ke-70 RI. Berikut di antaranya.
1. Berlimpah Keseruan di Lomba Agustusan
Seminggu sebelum 17 Agustus, suasana kemeriahan kegiatan memperingati HUT ke-70 RI sudah mulai terlihat di Yogyakarta. Hal inilah yang diceritakan Hendra Wardhana. Terbatasnya ruang dan tempat yang ideal untuk menggelar banyak kegiatan tidak menyurutkan semangat warga untuk meramaikan HUT RI dengan menyelenggarakan perlombaan-perlombaan, terutama untuk anak-anak. Keringat dan lelah usai memenangi lomba adalah refleksi sederhana dari semangat dan perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan.
2. Dari Masak Nasi Sampai Bahas Kemerdekaan RI ke-70
Semangat kemerdekaan juga datang jauh dari negeri pizza, Italia. Dalam artikelnya, Gordi berbagi refleksi menyambut hari kemerdekaan Indonesia. Bangsa ini sudah berusia 70 tahun. Biarlah kata orang usia ini menandakan ketuaan. Namun baginya, usia ini menandakan kekuatan. Semakin bertambahnya usia, semakin kuat pula kita dalam membangun bangsa ini. Semangat kemerdekaan inilah yang selalu dibanggakan di luar negeri.
3. Kemerdekaan Versi Anak Bojong
Thamrin Dahlan coba melukiskan semangat kemerdekaan dari sudut Ibu Kota Jakarta ini. Kegembiraan dan semangat luar biasa anak-anak memperingati HUT RI tampak nyata dari sebuah perlombaan berlari. 70 tahun merdeka merupakan duka nestapa sebagian besar penduduk Indonesia karena angka kemiskinan yang terus bertambah. Namun apa pun kondisinya, kita tetap harus bekerja keras. Beliau juga memaparkan pentingnya peduli sesama warga di sekitar, karena makna hakiki dari Kemerdekaan itu adalah ketika sesama warga mampu membebaskan saudara sebangsa dan setanah air dari belenggu kebodohan, kemiskinan, dan kenestapaan.