Commuter Line seri 6000 ex. Tokyo Metro/Kompasiana
Jangan dulu membayangkan hadirnya shinkansen di dunia transportasi Indonesia. Dari segi infrastruktur maupun budaya, Indonesia belum siap dengan hadirnya kereta peluru super cepat tersebut. Indonesia untuk saat ini cukuplah bersyukur dengan adanya transportasi hasil kerja keras dari anak perusahaan P.T. KAI memfasilitasi penghubung lintas Jabodetabek dalam wujud Commuter Line, walaupun belum bisa dikatakan sempurna dalam pelayanan yang terindikasi dari hujatan-hujatan penggunanya di media sosial setidaknya transportasi ini sedikit demi sedikit menjadi solusi dan alternatif dari padatnya kendaraan berbahan bakar fosil yang memenuhi jalanan ibukota sembari menunggu transportasi massal modern seperti MRT ataupun monorail terealisasi.
Sejarah kereta listrik ini cukup panjang karena sistem kereta listrik ini bahkan telah dimulai sejak zaman kolonial belanda, dan di sekitar tahun 2008 PT KCJ fokus dalam penyederhanaan rute dan modernisasi armada yang rata-rata diambil langsung bekas dari jepang. Tepat di tahun 2011 sistem kereta listrik yang sebelumnya biasa disebut ekonomi AC maupun KRL Express resmi digantikan Commuter Line yang dimana setiap armada akan berhenti di setiap stasiun kecil maupun stasiun besar. Sejarah yang panjang sudah pasti kisah perjalanan kereta listrik ini akan menemui sejarah-sejarah penting di setiap perkembangannya, mulai dari keputusan-keputusan pengelola yang memicu pro dan kontra penggunanya, teknologi yang diusung setiap armada, hingga kecelakaan yang bisa menjadi sejarah terburuk transportasi Indonesia.
Memasuki umur yang bisa dikatakan tidak muda namun sudah cukup matang, akankah Commuter Line menjadi tombak utama transportasi di Jabodetabek? Beberapa kompasianer memiliki catatan-catatan perjalanan lengkap kisah si ular besi ini, seperti apa? Berikut Kisah perjalanan dan perkembangan Commuter Line dalam Catatan Kompasianer.
1. Selamat Tinggal KRL Express dan Selamat Datang Commuter Line
Di tahun 2011, tepatnya 2 juli 2011 adalah era baru perjalanan kereta listrik Indonesia, KRL Express dan Ekonomi AC yang sebelumnya sudah melayani dengan rute-rute tertentu ini harus digantikan dengan sistem terbaru dari Commuter Line, sistem terbaru ini menimbulkan kontra bagi para pengguna KRL Express yang seharusnya pengguna hanya berhenti di stasiun-stasiun besar kini juga harus mengorbankan waktu yang tak sedikit karena harus berhenti di setiap stasiun dan juga menimbulkan kontra bagi pengguna kelas Ekonomi AC yang mengeluhkan kenaikan biaya yang cukup signifikan, dengan segala protes Commuter Line tetap akan menggantikan KRL sebelumnya. Selamat Datang Commuter Line! Simak catatan selengkapnya di Catatan CL1.
2. Masa Peralihan dari KRL Ekonomi menuju Commuter Line
Setahun berlalu Commuter Line hadir sebagai tombak utama dunia kereta api Indonesia, PT KCJ juga seperti belajar meraba bagaimana cara agar seluruh pelayananan kepada penumpang bisa berjalan lancar karena dalam jangka waktu setahun PT KCJ belum bisa menghadirkan kenyamanan dan keamanan bagi penumpangnya, jadwal yang sering berubah, pendingin yang selalu bermasalah dan juga keputusan yang cukup memberatkan tepat di bulan oktober 2012 PT KCJ menaikkan harga sebesar Rp. 2000 dari tarif sebelumnya. hal ini menjadi sangat kontradiktif bagi para penggunanya karena Commuter Line masih belum dapat memberikan keamananan yang baik apalagi memberikan kenyamanan bagi para penumpangnya, terlebih musuh utama juga datang dari para penumpang itu sendiri yang masih terbiasa dengan budaya ketika menggunakan KRL Ekonomi. Simak catatan selengkapnya di Catatan CL2.
3. Moral Penumpang Commuter Line
Semakin bertambahnya umur langkah yang benar adalah dengan perkembangan diri menuju arah yang lebih baik, hal ini juga berlaku dengan moral dan perilaku pengguna Commuter Line yang semakin baik walau masih bisa dibilang minor untuk tahun pertama, tingkat kepedulian sesama pengguna semakin nyata sedikit demi sedikit pengguna sadar akan pentingnya toleransi sesama pengguna walau dengan catatan masih banyak juga penumpang yang berebut untuk mendapatkan kursi yang kosong bahkan tidak memberikan kursi yang seharusnya menjadi hak penumpang prioritas. Simak catatan selengkapnya di Catatan CL3.