Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

TERVERIFIKASI

Akun Resmi

4 Analisa Kompasianer terhadap Kegagalan Indonesia di Piala AFF 2014

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14175583501906426352

[caption id="attachment_380114" align="aligncenter" width="499" caption="Pemain Timnas Indonesia Zulham Zamrun mencoba mengontrol bola dalam pertandingan yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (1/11/2013). Indonesia menggelar laga persahabatan lawan Kirgistan sebagai persiapan melawan Cina dan Irak dalam pra Piala Asia pertengahan November mendatang/Kompasiana (KOMPAS.com)"][/caption]

Ajang dua tahunan AFF tahun 2014 ini menyisahkan duka mendalam bagi tim Garuda senior, pasalnya tim asuhan Alfred Riedl yang dipimpin oleh Firman Utina gagal lolos dari fase grup A yang di huni oleh Vietnam, Filipina dan Laos. Indonesia hanya menempati posisi ke-3 setelah hanya memperoleh 4 poin dalam tiga laga yang dilakoni.

Hasil ini membuat Indonesia untuk ketiga kalinya gagal melaju dari babak grup Piala AFF, setelah pertama kali gagal di tahun 2007 saat satu grup bersama Singapura, Vietnam dan Laos. Indonesia mampu menang besar 3-1 melawan Laos setelah selanjutnya bermain imbang 1-1 saat berjumpa Vietnam dan 2-2 dengan Singapura.

Hasil minor dalam ajang AFF ini melahirkan tanda tanya besar terkait dengan apa yang terjadi dalam dunia persepakbolaan kita saat ini karena isu dualisme PSSI sudah berakhir, kompetisi pun sudah bergulir dengan baik dan diakhiri dengan klub Persib Bandung yang menjadi juara musim ini. Seharusnya dapat melahirkan timnas yang kuat karena diisi oleh pemain berkualitas yang lahir dari gabungan dua kompetisi yang menjadi satu.

Apa permasalahan sesungguhnya yang terjadi sehingga timnas yang bertanding di ajang tersebut justru gagal bersinar di tahun ini? Berikut analisa kompasianer terhadap kegagal timnas senior di AFF tahun ini.

Persiapan Minim, Timnas pun Gagal di Piala AFF 2014

[caption id="attachment_380116" align="aligncenter" width="499" caption="Latihan tim nasional Indonesia di Hanoi, Minggu (23/11/2014)."]

14175584581662439195

[/caption]

Timnas yang diboyong oleh Riedl kali ini memang dipersiapkan secara terburu-buru pasalnya saat pemusatan latihan nasional para pemain yang dipanggil untuk seleksi masih memperkuat klubnya masing-masing saat berlaga di 8 besar Indonesia Super League musim ini. “Itu masalah saya sejak awal pelatnas,” kata Riedl saat ditemui di Lapangan Sepak Bola Sekolah Pelita Harapan, Tangerang, Senin, 27 Oktober 2014.

Adanya pemilu yang terselenggara sebanyak dua kali (legislatif dan presiden) dan puasa membuat jadwal ISL molor selama berbulan-bulan. Final ISL sendiri diselenggarakan tanggal 7 November sedangkan pemusatan latihan nasional berakhir 19 November alias dua hari sebelum kompetisi.

Pemilihan Pemain yang Membingungkan

[caption id="attachment_380119" align="aligncenter" width="562" caption="Hamka Hamzah dan Irfan Bachdim tidak terpilih/kompasiana (kompas.com/Dok. Liga Indonesia)"]

1417558588694526597

[/caption]

Setelah mengumpulkan 30 pemain saat seleksi di pemusatan nasional terpilihlah 22 nama pemain yang dipanggil memperkuat Indonesia untuk AFF 2014. Nama Kurnia Meiga tetap dipercaya menjadi penjaga gawang utama sedangkan di belakangnya ada Made Wiryawan dan muka baru tapi lama Dian Agus menjadi kipper timnas.

Di posisi bek ada nama Zulkifli Syukur, Supardi, M Roby, Achmad Jufriyanto, Victor Igbonefo, Rizki Pora, Fachruddin. Di posisi pemain tengah ada Manahati Lestusen, Hariono, Raphael Maitimo, M Ridwan, Ramdani Lestaluhu, Firman Utina, Evan Dimas, Zulham Zamrun, Imanuel Wanggai. Dan terakhir di posisi penggedor ada duo naturalisasi Sergio van Dijk dan Cristian Gonzales didampingi oleh striker lokal Boaz Solossa dan Syamsul Arif.

Jika diperhatikan baik-baik pelatih timnas senior Alfrerd Riedl membuat keputusan aneh dengan tidak memanggil pemain terbaik ISL musim 2014 Ferdinand Sinaga dan beberapa pemain yang menjadi langganan timnas senior seperti Andik Vermansyah , Bayu Gatra, Juan Revi, Ian Kabes dan Toni Sucipto. Kejutan terjadi yakni nama Evan Dimas sebagai alumni U-19 masuk sebagai daftar skuad di AFF 2014.

Kekalahan Telak dari Filipina

[caption id="attachment_380121" align="aligncenter" width="499" caption="KOMPAS.com / Okky Herman Dilaga Kapten tim nasional Filipina, Phil Younghusband."]

14175587231433510257

[/caption]

Langit seakan runtuh ketika mengetahui bahwa timnas senior dilumat oleh tim yang pernah dikalahkan 13-1 yakni Filipina. Secara mengejutkan timnas senior dibungkam 4-0 tanpa balas oleh tim yang berjuluk The Azkals. Akibat kekalahan ini Indonesia kini sudah bisa dikatakan segabai tim medioker asia tenggara. Pelatih timnas Filipina Thomas Dooley sendiri menyamakan Indonesia dengan Laos dalam bermain sepakbola. Salah seorang Kompasianer menulis dengan ketus “Timnas Indonesia Bahkan Tidak Lebih Baik dari Timnas Gibraltar”.

Faktor kebugaran serta jadwal kompetisi yang padat menjadi alasan "Opa" Riedl mengapa Indonesia bisa kalah untuk pertama kalinya dari Filipina setelah 21 tak pernah kalah. Kekalahan 4-0 atas Filipina juga banyak disadari oleh pemain yang tidak memahami peraturan pertandingan.

Kekalahan timnas senior juga mendapat perhatian oleh Menpora Indonesia yang baru Imam Nahrawi yang berkicau di twitter tentang keprihatinan yang terjadi dengan persepakbolaan Indonesia.”PSSI harus evaluasi diri,” katanya. Tagar #BekukanPSSI juga muncul dan menjadi trending topic di Indonesia yang menuntut Menpora yang baru segera bekukan PSSI karena timnas Indonesia yang kini tengah mengalami stagnansi dan agar segera kembali ke marwah dan penuntut pengurus PSSI untuk mundur.

Faktor Pelatih?

[caption id="attachment_380122" align="aligncenter" width="499" caption="KOMPAS.com / Okky Herman Dilaga Pelatih tim nasional Indonesia, Alfred Riedl."]

1417558779318187522

[/caption]

Buruknya penampilan timnas di ajang AFF tahun ini memberikan sebuah tanda tanya besar siapa yang seharusnya bertanggung jawab penuh atas kegagalan timnas Indonesia di turnamen dua tahunan ini.

Setiap ada tim yang berpenampilan buruk orang pertama yang disalahkan pastilah sang pelatih. Alfred Riedl adalah nama pertama yang muncul di permukaan sebagai biang keladi atas semua kegagalan timnas kali ini. Meski di pertandingan terakhir dirinya memimpin timnas dengan kemenangan besar 5-1 atas laos nyatanya Alfred Riedl tetap dipecat.

Meski begitu sesungguhnya Alfred Riedl telah melahirkan sebuah harapan baru bernama Evan Dimas yang tampil ciamik kala timnas melumat timnas Laos, penampilan Evan Dimas secara tak langsung membentak PSSI yang telinganya sudah tuli itu untuk segera benahi regenerasi untuk melahirkan Evan Dimas yang lain untuk menggantikan pemain seperti Christian Gonzales, Firman Utina dan M Ridwan yang secara usia sudah kedaluarsa untuk bermain di kancah Internasional.

Sadarlah PSSI proyek timnas untuk juara di pelbagai kompetisi tidak akan pernah terjadi dengan cara-cara instan dan praktis. Rekontruksi kompetisi menjadi hal mutlak yang wajib jalankan sehingga melahirkan pemain yang berkualitas serta klub-klub dengan keuangan yang sehat dan wajar. Dan yang paling penting dari itu semua adalah program regenerasi pemain mutlak menjadi kunci untuk masa depan keberlangsungan timnas. (HAN).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline