Lihat ke Halaman Asli

Kompasiana

TERVERIFIKASI

Akun Resmi

14 Puisi Paling Populer di 2014!

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1419926449746809919

[caption id="attachment_387206" align="aligncenter" width="540" caption="Kanal Fiksi Kompasiana"][/caption]

Selain berbagi opini dan ulasan, memposting karya puisi menjadi salah satu kegiatan yang digemari di Kompasiana. Selama tahun 2014 sendiri, ada sekitar 15.506 puisi telah terpublis dan banyak dari karya ditulis berdasarkan inspirasi yang didapat Kompasianer dari isu terkini. Debat capres, pernyataan politisi, hingga penutupan Gang Dolly menjadi beberapa contoh di antaranya.

Namun, tak hanya menyajikan puisi dengan bahasan aktual, banyak pula Kompasianer yang memposting karya puisi mereka dengan gaya penulisan puisi tertentu, seperti bentuk puisi kontemporer, puisi lama bentuk pantun, hingga sajak gurindam.

Dari belasan ribu puisi di Kompasiana, judul puisi mana saja kah yang populer di Kompasiana? Berikut ulasannya;

1. Jokowi Tak Berkutik

[caption id="attachment_387203" align="aligncenter" width="313" caption="Jokowi (Kompas.com)"]

14199261191108008079

[/caption]

"ternyata oh ternyata
makna penguasa berbeda beda
pemangku negeri itu tak semua sama visi misinya
duduk di kursi atau blusukan sebagai etos kerja
bersusah payah tak semuanya mau dan suka
"

Ditulis oleh Kompasianer Rahab Ganendra, puisi yang menceritakan tentang ketidakberdayaan Jokowi saat menghadapi kritik seputar Jakarta. Melalui puisinya, Rahab menyatakan dukungannya terhadap Jokowi yang masih menjabat sebagai Gubernur, bahkan di akhir puisi, Rahab menyatakan bahwa Jokowi cocok untuk duduk sebagai orang nomer satu di Indonesia.

Puisi ini ditulis di bulan Januari, dengan jumlah penikmat sebanyak 4573, dengan raihan rating sebanyak 28. dan komentar sebanyak 84 buah komentar.

2. Sang Ustaz Muda yang Keblinger

[caption id="attachment_387200" align="aligncenter" width="332" caption="Ilustrasi-Tumpukan uang (wartakota.tribunnews.com)"]

14199260261002198829

[/caption]

"mereka ustaz-ustaz muda
jika belum ngetop tak pasang tarif, "pokoknya seikhlasnya deh!" katanya lugu
tapi, jika sudah top markotop sentolop, tarifnya pun jadi berjut-jut, bikin terkejut, jut, jut, jut sampe benjut, jut, jut
kata mereka, pongah, 'rating ane tinggi, jam terbang ane sudah melebihi buroq, bayaran ane setara artis dangdut goyang koplo, lagian segini hari mana ada yang gratis?! haramlah itu coeyyyy!'"

Puisi "menyentil" ini ditulis dengan gaya bertutur oleh Kompasianer Arie Boediman La Ede. Melalui puisinya ini, Arie mengemukakan kekecewaannya terhadap tingkah pongah ustadz-ustadz muda yang hanya berdakwah jika bayaran yang ditawarkan sesuai keinginan. Karena bahasannya yang mewakili banyak opini Kompasianer, puisi ini mendapat respon positif hingga mendapat cukup banyak rating "menarik" dan "inspiratif"

3. Sajak untuk Tuan Prabowo dan Fadli Zon

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline