[caption id="attachment_387035" align="aligncenter" width="480" caption="14 Artikel Kanal Media yang Paling Banyak Mendapat Respon di Tahun 2014"][/caption] Semakin berkembangnya dunia jurnalistik di Indonesia menuntut para pekerja media untuk semakin inovatif dalam menyajikan sebuah fakta. Masih ingat tentunya, dunia jurnalistik Indonesia meraih momentum ketika jatuhnya presiden ke-2 Indonesia di era reformasi pada tahun 1998, pada saat itu kebebasan media sebagai telinga dan mulutnya rakyat sering dibatasi bahkan sering terjadi pemberedelan beberapa media karena dipengaruhi dari kekuasaan pemerintah. Masuk di era reformasi, media seakan mendapat udara segar dalam menjalankan perannya. Media berkembang pesat dan menjamur seiring dicabutnya ketentuan SIUPP (Surat Izin untuk Penerbitan Pers) yang sebelumnya memberatkan media. Kemudian muncul media independen sebagai penyambung lidah rakyat tanpa intervensi dari manapun. Masuk di era millenium, media semakin inovatif berkat munculnya teknologi Interconnection-Networking alias Internet. Tumbuhlah media berbasis online yang dapat menjangkau wilayah yang lebih luas, tak lagi dalam skala nasional tapi juga mampu menjangkau antar negara. Kompasiana yang juga hadir berkat teknologi tersebut, adalah produk yang menjadi terobosan inovasi dari media yang memfasilitasi seluruh warganya untuk dapat memberikan pandangan tanpa intervensi dari manapun. Warga mendapat tempat untuk terlibat sebagai pengawas media tersebut. Kanal media di Kompasiana ini juga hadir sebagai wadah para warganya untuk "memonitor" media di Indonesia. Selama 2014, pesta demokrasi yang bergulir di Indonesia turut menjadi sorotan media dalam pemberitaannya, baik mengangkat capres/cawapres ataupun partai. Tak ketinggalan, Kompasiana pun riuh dengan opini seputar Pemilu. Bahkan beberapa opini Kompasianer terkait Pemilu menjadi referensi beberapa pelaku politik karena dianggap sebagai suara yang mewakili dari rakyat. Inilah rangkuman Kompasiana yang membahas sepak terjang media selama 2014 dan pemberitaan media baik mainstream mau pun media sosial, yang paling banyak mendapat respons sepanjang tahun ini:
1. Jokowi Diusir Puan Maharani, The Jakarta Post Kehilangan Kepercayaan Pembacanya
[caption id="" align="aligncenter" width="455" caption="Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri (tengah) didampingi kedua anaknya Puan Maharani dan Prananda Prabowo serta bakal calon presiden PDIP Joko Widodo dan istri Iriana. (Indra Akunto/Kompas.com)"]
[/caption] Sosok yang satu ini selalu memancing pembaca, mulai kisahnya sejak menjadi walikota Solo hingga seperti sekarang menjadi Presiden Republik Indonesia. Tak terkecuali salah satu media yang memilih segmentasi di dunia Internasional, The Jakarta Post menayangkan berita dengan judul Jokowi shrugs off infighting. Berita yang menjelaskan terkait isu Puan Maharani yang mengusir Joko Widodo karena beliau dianggap tidak mampu mendongkrak partai secara siginifikan, namun isu tersebut langsung dibantah para petinggi PDIP bahwa berita tersebut tidak benar. Terkait benar atau tidaknya berita di The Jakarta Post tersebut, Kompasianer Mawalu mempunyai pandangan yang berhasil menggaet pembaca hingga mencapai lebih dari 16.000 pembaca dan ratusan komentar, baca selengkapnya di SINI.
2. Mengintip Blog Anak Jokowi
[caption id="" align="aligncenter" width="404" caption="Blog Anak Jokowi misterkacang.blogspot.com"]
[/caption] Tak beda jauh dengan sang bapak, sosok keluarga Jokowi juga akan menjadi magnet tersendiri bagi para pembaca. Kali ini datang dari anaknya sendiri, Kaesang Pangarep dengan aktivitas yang cukup berbeda dari sang kakak. Kaesang dikenal gemar bercerita seputar keseharian di blog pribadinya. Gaya bahasa yang ringan dan renyah ala anak muda menjadi sajian di tulisan-tulisan di blog yang diberi judul Diary Anak Kampung. Uniknya, ternyata blog tersebut bisa meraih pengunjung yang cukup signifikan sejak sosok sang bapak yang menjadi bahan pembicaraan dimana-mana. Ulasan Kompasianer Niken Satyawati ini bisa jadi turut berkontribusi atas kunjungan blog Kaesang yang melonjak. Pasalnya, artikel ini mampu menarik pembaca hingga lebih dari 11.000 orang. Simak cerita selengkapnya di SINI.
3. Fadli Zon di Mata Peneliti Jepang
[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="sampul buku Islam di Mata Orang Jepang karya Hisanori Kato (foto: Yusran Darmawan)"]
[/caption] Sosok Fadli Zon juga menjadi sosok yang ikut meramaikan pesta demokrasi menjelang Pemilu 2014. Ide kontroversialnya yang terkadang menimbulkan pro-kontra menjadi pembeda sosok yang satu ini. Namun di balik sepak terjangnya sepanjang Pemilu 2014, ada kisah unik mengenai Fadli Zon yang tertuang dalam buku Islam di Mata Orang Jepang karya Hisanori Kato. Kisah dalam buku tersebut diulas Kompasianer Yusran Darmawan. Di mata sang penulis sosok Fadli Zon menjadi tokoh yang paling berpengaruh di balik peristiwa demonstrasi besar-besaran anti SDSB. Menurut Yusran, sosok Fadli Zon digambarkan sebagai generasi muda Muslim yang getol memperjuangkan agama, selain dikenal peduli kebudayaan Indonesia. Seperti apa ulasan lengkap sosok yang satu ini, bisa disimak selengkapnya di SINI.
4. Mempertanyakan Sensor Metro TV di Sentilan Sentilun “Ahok”
[caption id="" align="aligncenter" width="412" caption="Sentilan Sentilun: Blusukan ke Kantor Ahok (Metro TV)"]
[/caption] Siapa yang tak kenal dengan Ahok, sejak kemunculannya sebagai calon wagub Joko Widodo, sosok ini menimbulkan polemik di masyarakat. Muncul di publik dengan sebagai minoritas, Ahok yang memiliki nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama ini dikecam sebagian masyarakat dan beberapa ormas karena agama dan rasnya. Meski diprediksi bakal mengalami kekalahan telak di Pilgub DKI Jakarta, justru pasangan Jokowi - Ahok melenggang mulus menuju kursi Provinsi DKI Jakarta. Karena sosok yang menarik inilah, program humor Metro TV yang diselingi kritik membangun untuk Indonesia, Sentilan Sentilun, berkunjung langsung ke kantor Ahok. Ada perbincangan yang menarik ketika Ahok ditanya seandainya beliau maju sebagai presiden RI, mas Butet yang berperan sebagai sentilun menyatakan jika seandainya Ahok berhasil menjadi orang nomor satu di Indonesia, baginya inilah indikator keberhasilan demokrasi di Nusantara Raya ini, dan disambung dengan kalimat “Lho, bayangin ada presiden Indonesia, salahnya dua …… “ yang langsung disensor Metro TV karena sambungan kalimatnya yang menyebutkan "china dan kristen" sesuai penjelasan di akun instagram butet. Bagi Kompasianer Daniel H.T apa alasan Metro TV melakukan sensor tersebut di era reformasi yang sudah serba terbuka seperti sekarang ini, apalagi dengan menghilangkan kata tersebut menghilangkan esensi tayangan itu sebenarnya. Apa alasannya? Bisa disimak selengkapnya di SINI.
5. Lucunya hashtag #TolakPartaiPolygami
[caption id="" align="aligncenter" width="414" caption="Lucunya hashtag #TolakPartaiPolygami"]
[/caption] Sepanjang Pemilu 2014, tak hanya media mainstream yang memiliki pengaruh besar terhadap politik di Indonesia, Jurnalisme warga bahkan social media menjadi alat politik yang bisa mempengaruhi pandangan calon pemilih, maka itu pula banyak beredar akun-akun yang menjadi pengawas proses politik Indonesia, hingga akun yang bertugas menjatuhkan opini-opini lawan politik. Salah satu yang muncul di permukaan social media twitter adalah hashtags #TolakPartaiPolygami, hashtags yang menyinggung presiden pertama Indonesia Soekarno yang memiliki 2 istri Ibu Fatmawati dan Ibu Hartini ini dianggap sebagai alat untuk mempengaruhi calon pemilih presiden selanjutnya. Namun anehnya, hashtags yang sempat meramaikan medsos twitter ini diduga adalah settingan dari beberapa cyber army yang bertugas untuk menjatuhkan lawan politik yang disinggung. Menggunakan program analisis twitter, Kompasianer Banyu Pamungkas menjelaskan fakta dari akun-akun baru yang membuat hashtags ini muncul. Seperti apa analisa lengkapnya, bisa disimak di SINI.
6. Mencapai Gelinjang Orgasme di Kompasiana
[caption id="" align="aligncenter" width="392" caption="aufeminin.com"]
[/caption] Orgasme yang satu ini bukanlah bukanlah aktivitas yang terkait seksual, namun orgasme ini adalah ungkapan sebagai pencapaian kepuasan ketika menulis di Kompasiana. Meraih target yang diinginkan ketika menulis adalah indikator dimana penulis tersebut mendapatkan kepuasaannya, naif rasanya jika Anda beralasan menulis hanya karena anda ingin menulis, buatlah target, buatlah strategi, buatlah artikel yang bermanfaat bagi semua orang. Tentunya tak mudah meraih target sesuai kepuasan Anda, banyak belajar dengan banyak membaca cara penulis lain menuturkan, juga bisa sebagai bekal memperkaya ilmu ketika menulis. Kompasianer Pebriano Bagindo juga berbagi pandangan, seberapa pentingnya meraih kepuasan ketika menulis, salah satunya di Kompasiana. Bagaimana dengan Anda, pentingkah meraih kepuasan ketika menulis? Jika ya simak kiat-kiatnya di SINI.
7. Jokowi-JK, Unggul Telak?
[caption id="" align="aligncenter" width="439" caption="Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dari kubu koalisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Joko Widodo - Jusuf Kalla memaparkan visi misi saat Debat Capres - Cawapres Sumber: KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO"]
[/caption] "Jokowi -JK Unggul Telak", Kalimat ini yang menjadi headline di beberapa media cetak maupun media digital setelah malam sebelumnya digelar debat capres antara calon dari pasangan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Debat capres yang berjalan sangat kondusif ini, menurut beberapa media dan publik yang menyaksikan secara langsung acara tersebut, kubu Jokowi-JK dianggap lebih mengungguli dari pasangan Prabowo-Hatta. Jokowi tampil secara santai dan menjawab segala pertanyaan dari moderator maupun dari pasangan kubu Prabowo-Hatta secara lugas, tak jauh beda dengan Jusuf Kalla yang juga menjawab segala pertanyaan dengan jawaban yang meyakinkan. Sebagian masyarakat juga ada yang menilai jika Prabowo tampil sedikit grogi ketika berhadapan dengan Jokowi, dan ada cara yang unik dari Kompasianer Makbulbudiono-RRI yang menikmati jalannya debat capres dengan cara yang berbeda yaitu melalui radio, melalui cara ini mendengarkan tanpa melihat penampilan lebih berorientasi pada tone atau nada bicara, dan aksentuasi penilaian menjadi lebih objektif. Seperti apa ulasan mengenai debat capres dengan cara yang berbeda tersebut, simak selengkapnya di SINI.
8. 88 Fakta Unik Indonesia
[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Sejumlah data dan fakta unik tentan Indonesia dipaparkan secara to the point dengan ilustrasi gambar full color yang menarik."]
[/caption] Indonesia ini negara yang unik, saking uniknya siapa yang menyangka jika janda di Indonesia yang rata-rata berumur 59 tahun jumlahnya dua kali lipat jumlah penduduk Singapura. Itulah salah satu fakta unik yang tersaji di buku 88 Fakta Unik Indonesia, buku terbitan Gramedia Pustaka Utama ini menyajikan fakta-fakta unik yang berdasarkan hasil riset, penelitian dan sensus yang dilakukan oleh Lembaga Demografi, beberapa Departemen di Indonesia. Walaupun masuk kategori non fiksi, buku ini disajikan dengan cara penyampaiannya yang menarik dan juga halaman tampil full colour. Kompasianer Hendra Wardhana punya resensi lengkapnya, menurut dia buku ini menunjukkan kepada masyarakat Indonesia secara khusus tentang sejumlah hal yang penting dan menarik untuk diketahui sekaligus direnungkan. Tertarik untuk baca, simak dahulu resensi-nya di SINI.
9. Sebut Orang Jogja Bangsat, Gadis Ini di Bully Pengguna Sosial Media
[caption id="attachment_387259" align="aligncenter" width="480" caption="Florence Sihombing"]
[/caption] Anda tak boleh lagi sembarang berbicara di sosial media, salah ucap sedikit anda bisa melanggar UU ITE terkait pencemaran nama baik, masih ingat tentunya dengan kasus prita dan RS Omni. Di tahun 2014, kasus pencemaran nama baik terjadi lagi di sosial media, kali ini melibatkan wanita yang sedang merantau di kota Jogja, dalam postingannya dia mengumpat dengan kata kasar hanya karena aturan antrian ketika membeli bahan bakar, tak hanya itu di akun twitter miliknya dia memberikan postingan serupa terkait kota Jogja. Alhasil, umpatan yang dilakukan medsos Path yang sebenarnya medsos yang sangat private ini, di screenshot dan tersebar keseluruh netizen, sikapnya tersebut yang memancing amarah sebagian orang khususnya penduduk Jogja yang merasa direndahkan. Kasus ini bahkan berlanjut ke pihak kepolisian, Kompasianer Abigail Regina yang menuliskan artikel ulasan tersebut meraih pembaca hingga lebih dari 6.000 pembaca, simak artikel selengkapnya di SINI.
10. Foto Payudara Jupe Dipegang Diego Michels, Mengganggu Anak-anak
[caption id="" align="aligncenter" width="461" caption="Yahoo.com"]
[/caption] Artis yang satu ini tak pernah lepas dari sensasi, dan dikenal suka bergonta-ganti pasangan. Jupe panggilan akrabnya. Ia muncul dengan foto heboh bersama pesepakbola naturalisasi Diego Michels, karena foto tersebut tampil sang pesepakbola yang terlihat sedang memegang buah dada Jupe. Seakan menjadi magnet, beberapa media sengaja menampilkan foto tersebut tanpa sensor, salah satunya situs yahoo.com yang secara jelas menampilkan foto tersebut. Salah satu Kompasianer yang juga seorang ibu dengan 4 anak Ifani, merasa media ini kebablasan menampilkan foto tersebut, karena ternyata yang mengetahui berita ini adalah sang anak. Akhirnya sang ibu terpaksa harus membual agar sang anak tidak percaya dengan pemberitaan tersebut. Menurutnya juga ada degradasi dari moral masyarakat dan artis Indonesia, seperti apa simak selengkapnya di SINI.